Dark/Light Mode

Demo Bawa Tisu Basah

Selasa, 28 Mei 2019 11:22 WIB
Ngopi - Demo Bawa Tisu Basah
Catatan :
ANGGOWO ADI SEPTANINGRAT

RM.id  Rakyat Merdeka - Pada Rabu siang (22/5), saya main ke rumah mbak Rani. Cukup terpandang, dia dan orang tuanya, sudah seperti keluarga sendiri. Nah, kala itu, kami sedang membahas kerusuhan pasca-aksi tolak pemilu curang di sekitar Gedung Bawaslu, Tanah Abang, dan Slipi, malam sebelumnya. 

Dari pada ngobrol doang, spontan saya mengajak mbak Rani melihat langsung aksi damai itu. “Yakin lo. Yuk ah. Belum pernah soalnya lihat gituan langsung. Naik motor aja ya,” kata dia, sumringah. Mbak Rani juga mengajak serta kakaknya, mas Adi. Rupanya sang kakak sudah beberapa kali ikut Aksi 212 atau Bela Islam. 

Baca juga : Ramos Diintai Tiga Klub Besar

Sekitar pukul 4 sore, kami sampai dan parkir motor di belakang Gedung Sarinah, Thamrin. Bapak, emak-emak, hingga anak muda tumplek-blek di aksi damai itu. Saking senangnya, mbak Rani yang tomboy kala itu tampil modis, sampai memanjat dan berdiri di sebuah tembok depan Sarinah. Melihat kerumunan massa dan ambil beberapa foto. 

Setengah jam berlalu, mas Adi pamit pulang. Tapi mbak Rani tidak ikut. Dia langsung mengajak saya lanjut berkeliling. Sampai di Petamburan, ke arah flyover Slipi, massa rupanya sedang bentrok dengan polisi. Terlihat pula helikopter mondar-mandir mengangkut air, entah air kali atau apa, lalu menyiramkannya ke massa. Bau bekas gas air mata juga tercium dan agak perih di mata. “Aduh muka gue Nggo. Jutaan ini ngerawatnya ke dokter. Untung gue pakai helm,” kata mbak Rani. “Nggak papa mbak. Jarang lho lihat ginian. Lagian mau demo bawanya tisu basah,” sahut saya, tertawa geli di bangku motor. 

Baca juga : Banjir, Ujian Terberat Anies Baswedan

Sempat pulang ke rumah untuk berbuka puasa, malamnya mbak Rani kembali ajak saya ke daerah Slipi. Sempat lama mencari jalan ke sana yang diblokir di mana-mana, kami akhirnya sampai di 500 meter sebelum Slipi Jaya. Suasana mencekam, bau gas air mata, dan terdengar dentuman kembang api serta senjata, saya ajak mbak Rani mendekat ke arah flyover. “Gue bingung. Kok banyak anak kecil, remaja yah nggo,” tanyanya polos. “Ya memang begitu mbak. Ini sebenarnya sekadar hiburan. Anak-anak memang begitu, senang ribut kalau ketemu polisi. Sisanya ya ada provokator,” ujar saya, sekenanya. 

Tiba-tiba massa merangsek mundur. Sepertinya, polisi sudah maju menghalau. Seketika saya berlari ajak mbak Rani kembali ke motor. Konyolnya, saya lupa parkir dimana. Apalagi banyak sekali motor parkir sembarangan. Raut muka mbak Rani langsung cemas. “Bego lu. Gue gantiin motornya sopir deh,” katanya. Ikutan cemas, akhirnya saya menemukan motornya setelah melawan arus massa, dan langsung ngeloyor pergi. 

Baca juga : Redupnya Pamor Harjuna Sasrabahu

Sampai di dekat Hotel Millennium, Kampung Bali. Saya beranikan maju dekat Patung Kuda. Terlihat barikade polisi bertameng. Massa bergerak mundur. Bau gas air mata kian menyengat. Mobil ambulans hilir mudik. “Nggo mundur, pulang yuk. Muka gue udah panas. Nggak kuat,” ucap mbak Rani. “Iya yuk, lupa pakai odol tadi biar mata nggak terlalu perih,” sahut saya. Tak berapa lama melaju pulang, terdengar suara, ‘tahu bulat digoreng dadakan’. “Ih lagi demo gini masih sempet ya pada jualan,” celotehnya lalu tertawa ngakak. Dasar mbak Rani, norak banget sih.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.