Dark/Light Mode

PPP Akan Tanya Panglima

Kenapa TNI Tak Ngelawan Saat Kapal Vietnam Nabrakin Diri

Kamis, 2 Mei 2019 23:00 WIB
Anggota Komisi I DPR Syaifullah Tamliha (Foto: Istimewa)
Anggota Komisi I DPR Syaifullah Tamliha (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Anggota Komisi I DPR Syaifullah Tamliha masih gendok dengan peristiwa kapal patroli Vietnam yang menabrakkan diri ke kapal perang milik TNI AL KRI Tjiptadi, di Laut Natuna, 27 April lalu. Dia menyesalkan TNI AL tidak melakukan penindakan terhadap kapal Vietnam tersebut.

“Peristiwa ini sangat kita sayangkan. Karena terjadi di perairan kita. Seharusnya, TNI AL ambil tindakan tegas. Masak kapal TNI AL (ditabrak) tidak menembak. Ini kan membahayakan kedaulatan negara. Di wilayah maritim kita sendiri kita ditabrak orang,” ucap politisi muda PPP ini, di Jakarta, Kamis (2/5).

Tamliha menganggap, sikap TNI AL tidak memberikan serangan balasan ke kapal patroli Vietnam patut dipertanyakan. Dia juga merasa khawatir, sikap nekad kapal patroli Vietnam itu dipicu informasi yang mereka peroleh bahwa armada TNI AL minim peralatan perang.

“Yang kita khawatirkan, jangan-jangan kapal perang kita tidak punya amunisi. Kapal ada tapi peluru tidak ada. Ini yang menyebabkan mereka berani menyerang di daerah teritorial kita,” duganya.

Baca juga : Menang Pemilu Tak Boleh Halalkan Segala Cara

Karena itu, Tamliha berencana akan mempertanyakan peristiwa ini langsung ke Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi I DPR, usai reses nanti. Dia ingin mendapat penjelasan detail mengenai peristiwa itu.

Tamliha ingin peristiwa itu menjadi pelajaran ke depan untuk menghentikan sikap arogan kapal perang milik negara tetangga di wilayah perairan Indonesia. “Jangan sampai mereka beranggapan kapal kita tidak berani melakukan penembakan karena tidak memiliki amunisi. Makanya, kita akan tanya langsung ke Panglima TNI,” tuturnya.

Tamliha memastikan, pihaknya mendukung setiap upaya TNI untuk meningkatkan kapasitas dan kuantitas armada perang dalam negeri. Menurutnya, peningkatan alat utama sistem persenjataan (Alutsiswa), utamanya dalam rangka meningkatkan keamanan di wilayah sendiri, mutlak diperlukan. Ini penting untuk menghalau setiap usaha yang mengganggu kedaulatan negara, utamanya menghadapi kapal-kapal pencuri ikan yang menjarah di kawasan perairan Indonesia.

“Kapal TNI AL harus dilengkapi amunisi yang memadai biar bersikap keras terhadap setiap pelanggaran dalam wilayah kesatuan RI,” tambah dia.

Baca juga : Angkasa Pura I Gelar Padat Karya Tunai Di Maros

Dia juga meminta Kementerian Luar Negeri mengirimkan nota diplomatik ke Vietnam atas upaya kapal perang mereka menabrakkan kapal patroli milik TNI yang menangkap kapal ilegal yang beroperasi di wilayah Indonesia.

“Kapal milik Vietnam yang sudah ditangkap-tangkapin, sudah ditenggelamkan saja,” usalnya.

Dalam peristiwa di Natuna, dua kapal pengawas perikanan Vietnam, KN 264 dan KN 231, sengaja menabrakan diri ke KRI Tjiptadi-381 yang sedang membawa kapal ikan asing Vietnam BD 979 yang tertangkap melakukan pencurian ikan di perairan Indonesia. Akibat peristiwa ini, KRI Tjiptadi-381 mengalami kerusakan. Kapal nelayan milik Vietnam yang ditangkap juga mengalami kebocoran hingga akhirnya tenggelam.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, peristiwa seperti itu kerap terjadi. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, sepanjang 2019 ada empat peristiwa kapal Vietnam masuk dan ingin menabrak kapal Indonesia.

Baca juga : IPW : Pengurus PSSI Tak Layak Calonkan Diri

“Insiden kapal asing mengejar atau hampir menabrak kapal kita itu sudah ada empat kali. Ini Vietnam semua," kata Susi. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.