Dark/Light Mode

Di Munas Golkar, Airlangga Cerita Berhasil Bawa Partai Keluar Dari Badai

Rabu, 4 Desember 2019 13:06 WIB
Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto. (Foto: Dwi Pambudi/Rakyat Merdeka)
Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto. (Foto: Dwi Pambudi/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto menceritakan, masa suram partai beringin. Mulai dari dualisme kepengurusan, hingga kasus korupsi yang menjerat Ketum Golkar saat itu, Setya Novanto.

Terbelahnya kepengurusan terjadi pasca Pemilu 2014. "Sebelum Munaslub 2017 Partai Golkar berada dalam situasi yang sangat terpuruk selama kurang lebih 2 tahun dari 2014-2016 terjadi dualisme kepengurusan baik di tingkat pusat maupun daerah. Dalam situasi semacam itu, konsolidasi, kaderisasi dan pembinaan tidak berjalan semestinya," ujar Airlangga dalam Munas Golkar di Ritz-Carlton, Jakarta Selatan, Rabu (4/12).

Baca juga : Airlangga: Terima Kasih Mas Bamsoet, Munas Ini Jadi Adem dan Tenang

Dualisme kepengurusan itu sampai membuat Golkar hampir tidak bisa mengusung calon di pilkada pada tahun 2015 lantaran tidak ada kesepakatan antara dua pengurus partai. Kader Golkar, kata Airlangga, malah diusung partai lain dan beberapa yang memenangkan pilkada akhirnya pindah haluan. 

Dualisme diakhiri Munaslub 2016 di Bali yang mencetak Setya Novanto sebagai Ketum.  

Baca juga : Terima Misi Bisnis US-ABC, Kantor Airlangga Bahas Peningkatan Kerja Sama Ekonomi

"Salah satu keputusan penting adalah menetapkan posisi politik Golkar semula di luar pemerintahan yang berubah jadi pendukung pemerintah Jokowi-JK bersama KIH (Koalisi Indonesia Hebat)," tutur Airlangga.

Airlangga menyebut, kepengurusan Golkar hasil Munaslub 2016 melaksanakan rekonsiliasi dan konsolidasi organisasi di semua tingkat. Namun, kerja-kerja organisasi tersebut tidak dapat berlanjut karena Novanto saat itu terjerat kasus korupsi e-KTP. 

Baca juga : Airlangga: Saya Hadir Di Sini Karena Didukung Pemegang Suara

"Ketika itu Golkar menjadi bulan-bulanan media terutama berita negatif di media sosial sehingga citra dan elektabilitas Golkar merosot cukup tajam," keluh Airlangga. 

Situasi krusial tersebut menjadi dasar terjadinya Munaslub 2017. Airlangga terpilih secara aklamasi. "Ibarat kapal yang oleng (dihantam) badai besar Golkar menemukan nahkoda menyelamatkan kapal tersebut sehingga penumpang selamat sampai tujuan," beber Airlangga. OKT

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.