Dark/Light Mode

Restui Anak dan Mantu Ikut Pilkada

Jokowi Terusik Tuduhan Dinasti

Jumat, 13 Desember 2019 08:27 WIB
Putra pertama Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka (kemeja putih) saat meminta restu pada Ibu Iriana Jokowi dan Istrinya Selvi Ananda (kiri) di Graha Sabha Buana, Solo, Kamis (12/12). (Foto: IG@gibran_rakabuming)
Putra pertama Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka (kemeja putih) saat meminta restu pada Ibu Iriana Jokowi dan Istrinya Selvi Ananda (kiri) di Graha Sabha Buana, Solo, Kamis (12/12). (Foto: IG@gibran_rakabuming)

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi merestui anak dan mantunya maju di pilkada. Jokowi menilai keputusannya itu bukanlah dinasti politik. Karena pilkada adalah kompetisi bukan penunjukan. Bisa menang, bisa juga kalah. Semua terserah rakyat.

Jika tak ada halangan, putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, dan mantunya, Bobby Nasution akan meramaikan pilkada tahun depan. Gibran akan mengikuti Pilkada Kota Solo, sementara Bobby siap bertarung di Pilkada Kota Medan. Keduanya sama-sama mendaftar lewat PDIP. Partai yang mengantarkan Jokowi jadi presiden dua periode.

Bobby sudah lebih dulu mendaftar ke DPD PDIP Sumatera Utara awal Desember lalu. Langkah Bobby tampaknya bakalan mulus. DPD PDIP Sumatera sudah memberikan lampu hijau.

Berbeda dengan Gibran yang menemui jalan berliku. Suami Selvi Ananda ini harus berkeringat dulu. Pasalnya, DPC PDIP Solo menolak pendaftarannya karena lebih memilih merekomendasikan pasangan Achmad Purnomo dan Teguh Prakosa. Purnomo saat ini menjabat Wakil Wali Kota Solo, sedangkan Teguh merupakan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Kota Solo.

Menghadapi rintangan itu Gibran tak putus asa. Ia bermanuver, seperti menemui Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan mendaftar lewat DPD PDIP Jawa Tengah. Kemarin, Gibran resmi mendaftar ke kantor DPD PDIP Jawa Tengah di Semarang.

Baca juga : Ini Tantangan dan Peluang Parekraf di Era Digital

Pagi-pagi, Gibran mengumpulkan dulu para relawan di Graha Sabha Buana, gedung serba guna milik keluarga Jokowi. Mengenakan kemeja putih, Gibran menyampaikan pidato singkat soal keinginannya maju jadi Wali Kota Solo. Dia mengaku, sudah mantap mendaftar sebagai calon Wali Kota Solo setelah meminta izin kepada keluarga.

Ayahnya yang dimintai izin pertama kali. Setelah itu ibunya, nenek, isteri dan keluarga. Dalam acara itu, Ibu Iriana ikut melepas putranya yang diantar rombongan. Istri Gibran, Selvi Ananda ikut melepas kepergian suaminya.

Dalam pidatonya, dia juga bicara soal keinginannya membawa Solo untuk melompat lebih maju. Sebagai penanda keberangkatannya, Gibran juga mengibarkan bendera putih bergam barkan foto dirinya dengan tulisan “Solo Bersatu”.

Setelah itu, dia berangkat diantar sekitar seribu relawan dengan menggunakan 20 bus menuju Semarang. Sebelum tengah hari, urusan pendaftaran sudah kelar. Gibran kembali ke Solo dengan wajah sumringah Langkah Gibran yang “ngotot” ikut Pilkada Solo itu mendapat sorotan.

Tak sedikit yang mengomentari dengan sindiran dan kritikan. Salah satunya disampaikan oleh pengamat politik dari LIPI, Syamsuddin Haris. Kata dia, hak setiap warga negara untuk terjun ke politik. Termasuk anak atau matu presiden. Tapi tidak elok jika mereka maju sebagai calon wali kota saat bapak/mertua masih menjabat presiden.

Baca juga : Akan Evaluasi KPK, Jokowi: Agar Tidak Sporadis

“Dibela seperti apapun, cibiran pasti muncul: dinasti, nepotisme, aji mumpung dll. Smoga Pak Jokowi menyadarinya,” tulis Syamsuddin di akun Twit termiliknya, @sy_haris.

Bagaimana tanggapan Jokowi? dia menepis keputusan anak dan mantunya maju dalam pilkada sebagai upaya membangun dinasti politik. “Ini kompetisi bukan penunjukan. Beda. Tolong di bedakan,” kata Jokowi usai meresmikan Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek, Bekasi, kemarin.

Menurut Jokowi, belum tentu rakyat Solo dan Medan memilih Gibran dan Bobby. “Itu kan sebuah kompetisi. Bisa me nang bisa kalah. Terserah rakyat yang memiliki hak pilih. Siapapun punya hak pilih dan dipilih. Ya kalau rakyat enggak memilih bagaimana,” ungkapnya.

Jokowi juga tak ikut campur terhadap keputusan anaknya itu. Ia memilih, media bertanya langsung pada keduanya. “Kan sudah saya sampaikan bolak balik. Bahwa itu sudah menjadi keputusan. Tanyakan langsung ke anaknya,” tutupnya.

Ketua DPP PDIP, Bambang Wuryanto menilai, kritikan yang dilayangkan kepada Gibran dan Bobby sebagai sesuatu yang wajar. Menurut dia, dinasti politik di negara belahan timur termasuk Indonesia adalah hal yang biasa.

Baca juga : KPK Tak Ikut Campur, Urusan Presiden Jokowi Tentukan Dewan Pengawas

“Bahwa dinasti atau tidak dinasti, itu biasa. Juga bahwa Mas Gibran diuntungkan karena anak presiden ya wajar,” kata Bambang, di gedung DPR, Jakarta, kemarin.

Hanya saja, kata Bambang, PDIP tidak memberikan keistimewaan kepada Gibran meski dia anak Jokowi. Menurut Bambang, semua kader diperlakukan sama termasuk Gibran. Ditegaskan dia, semua kader berhak mendaftar meski keputusan soal rekomendasi berada di tangan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

“Kalau Ibu Ketua Umum sudah ambil keputusan, semua tegak lurus. Ibu katakan A, kami A. Ibu katakan gula pahit, ya pahit kita bilang,” ucapnya.

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin menilai, kritikan membangun dinasti yang ditujukan kepada Gibran dan Bobby sebagai sesuatu yang wajar. Pasalnya, majunya Gibran dan Bobby memang lebih mengandalkan aji mumpung. Bukan karena ka pasitas dan kualitasnya.

Bagaimana langkah Gibran dan Bobby? Menurut Ujang, peluang Gibran dan Bobby menang sangat besar. Kata dia, segala upaya akan dikerahkan untuk memenangkan Gibran. “Harga diri Jokowi bisa jatuh kalau Gibran kalah,” kata Ujang, kemarin. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.