Dark/Light Mode

Lempar Isu Kudeta Merangkak

Banteng Jangan Asbun

Rabu, 28 Oktober 2020 06:15 WIB
Politisi PDIP Darmadi Durianto (Foto: Istimewa)
Politisi PDIP Darmadi Durianto (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Daniel menegaskan, pengalaman di berbagai negara, kudeta terjadi bila militer bergerak solid atau parlemen bersatu melakukan manuver. "Sejauh ini, keduanya masih solid mendukung pemerintah sesuai amanat konstitusi dan akan selalu sesuai konstitusi," ucapnya.

Orang PDIP lainnya, juga ikut merasa bingung dengan pernyataan Darmadi. "Saya tidak paham pernyataan itu," ucap politisi PDIP, Aria Bima. 

Partai-partai oposisi ikut mengomentari pernyataan Darmadi. Rata-rata, mereka tidak percaya ucapan Darmadi. Ketua DPP Demokrat, Didi Irawadi Syamsuddin misalnya, yakin betul Jokowi tidak asal pilih pembantu. Jokowi tentu sudah mempelajari dan mengetahui rekam jejak para menterinya. 

Baca juga : KPK, Mati Suri

“Terkait baik buruk kinerja para menteri,  loyal atau tidak, hanya Jokowi yang bisa menilai. Soal kinerja, bisa dilihat dari prestasi dan progres apa yang sudah dicapai oleh masing-masing departemen," ucanya, saat berbincang dengan Rakyat Merdeka, kemarin. 

Komentar lebih keras disampaikan Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera. Dia menegaskan, Darmadi harus mempertanggungjawabkan pernyataannya. Mengingat pernyataan itu diungkapkan di ruang publik dan telanjur jadi buah bibir. “Buka saja jika ada. Karena pernyataan di ruang publik mesti transparan dan akuntabel,” desaknya.

Mardani menegaskan, diksi kudeta sangat sensitif. Apabila tidak dijelaskan secara akuntabel, pemerintah juga akan kehilangan fokus pada masyarakat. “Kasihan jika elite bising dan kehilangan fokus melayani rakyat,” kritiknya

Baca juga : Harum Luar Dalam

Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor menilai, pernyataan Darmadi cuma sensasi. Dia meyakini, tidak ada kekuatan politik di Indonesia yang berani berkhianat demi kekuasaan. Apalagi secara hitung-hitungan mayoritas partai mendukung Jokowi-Ma'ruf. 

"Kudeta itu serius. Daripada gambling, lebih baik duduk manis nunggu empat tahun sambil ngumpulin suara, dan pundi-pundi finansial," ucapnya.

Kalau memanfaatkan jabatan menteri demi 2024, Firman menilai, itu hal biasa. Selalu terjadi menjelang pilpres. "Manuver menteri untuk 2024 jauh dari kata kudeta. Itu sudah didesain dari masing masing partai menginstruksikan pos-pos strategis untuk berkontribusi," bebernya.

Baca juga : KPK, Mobil Dinas, Dan Krisis Kepercayaan

Dia pun meledek Darmadi yang tidak paham makna kudeta. Kudeta itu membutuhkan sumber daya yang luar biasa. "Pasti, pasti (asal bunyi). Dia tidak ngerti konsep kudeta," sambarnya. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.