Dark/Light Mode

Soal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Sebut Ndasmu, Prabowo Disebut Tak Apresiasi Kerja Keras Bangsa

Minggu, 7 April 2019 17:42 WIB
Capres 02 Prabowo Subianto (baju coklat) diapit Neno Warisman (kiri) dan Ketua DPR Zulkifli Hasan di panggung kampanye akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Minggu (7/4). (Foto: Ng Putu Wahyu Rama/Rakyat Merdeka)
Capres 02 Prabowo Subianto (baju coklat) diapit Neno Warisman (kiri) dan Ketua DPR Zulkifli Hasan di panggung kampanye akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Minggu (7/4). (Foto: Ng Putu Wahyu Rama/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Megawati Institute Arif Budimanta menyayangkan pernyataan Capres 02 Prabowo Subianto, yang menyebut kata "ndasmu" atas pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 5 persen.

Pernyataan tersebut dilontarkan Prabowo, saat orasi politik di kampanye akbar yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (7/4). 

Arief mengatakan, hal itu menandakan Prabowo tidak mengapresiasi kerja keras bangsa. "Pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persenan tentu suatu capaian yang perlu diapresiasi. Sebab, untuk tumbuh sebesar itu, diperlukan perencanaan dan penggorganisasian dan kerja kerja keras secara kolektif yang baik dan terukur," ujar Arief dalam keterangan tertulisnya, Minggu (7/4).

Baca juga : TKN: Ekonomi Indonesia Moncer Di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global

Dijelaskan, sejak 2011 -2015, tren pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah akibat efek turunan krisis 2008. Dari sekitar 6 persenan, menjdi di bawah 5 persenan. Sejak itu, tren-nya semakin membaik, sampai saat ini menjadi di atas 5 persenan.

Ketika Indonesia tumbuh di atas 6 persenan, China sebagai salah satu negara mitra dagang Indonesia, tumbuh double digit. Saat ini, pertumbuhan China hanya sekitar 6-7 persen, menurun sekitar 30-an persen.

"Kita masih lebih baik. Ke depan, akan lebih baik, dengan semakin baiknya infratruktur ekonomi dan komitmen yang kuat dari pemerintah dalam menjalankan redistribusi aset dan kebijakan keadilan ekonomi," tandas Arief.

Baca juga : Pertumbuhan Ekonomi Jakarta, BI: Kuncinya Stabilitas Harga

"Pak Jokowi sejak awal menyatakan, kunci pertumbuhan ekonomi ada di ekspor dan investasi. Karena itu, misi-misi dagang kita harus lebih aktif. Para Duta Besar kita juga harus mengedepankan diplomasi ekonomi, agar neraca dagang/ekpor kita semakin baik, dan memberi kontribusi positif kepada pertumbuhan ekonomi. Pada akhirnya, semua ini akan berimplikasi positif untuk membuka lapangan kerja yang lebih luas," tambahnya.

Pertumbuhan ekonomi juga diyakini akan lebih berkualitas. Program Indonesia Pintar, Indonesia Sehat, Program Sembako Murah, Kartu Pra Kerja, dan Redistribusi Aset adalah wujud operasionalisasi dari mandat konstitusi, untuk menjadikan Indonesia adil makmur dan terbebas dari kemiskinan.

"Sejak 2015, angka kemiskinan menunjukkan tren yang menurun. Begitu juga pengangguran dan angka gini ratio, yang artinya pembangunan diikuti dengan pemerataan yg lebih baik  Ini tidak otomatis turun, tetapi dengan intervensi kebijakan yang benar, kita pernah tumbuh di atas 5 persen. Bahkan di atas 6 persen. Tetapi, ketimpangan meningkat," tutup Arif. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.