Dark/Light Mode

Ibu Banteng Nyatakan Siap Lengser Keprabon

Mega Bisa Pilih Puan, BG, Prananda, Jokowi, Atau..?

Jumat, 26 Maret 2021 07:58 WIB
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (Foto: AMA/RM)
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (Foto: AMA/RM)

 Sebelumnya 
Ketua DPD PDIP Yogyakarta, Nuryadi berpandangan lain. Dia merasa belum ada kader yang bisa menggantikan ketokohan Mega. Menurut dia, Mega sebagai sosok yang bersih dan kharismatik. Ketokohan itulah yang membuat Mega selalu dipilih menjadi ketum. 

Dia mengakui usia Mega sudah tidak muda lagi. Tahun ini, sudah menginjak 74 tahun. Namun, kondisi itu tidak menjadi halangan Mega untuk terus memimpin PDIP. "Soal usia, bisa dibantu oleh yang lainnya. Tapi kebijakan soal bagaimana melakukan kenegaraan yang lurus, ini tidak semua orang bisa," kata Nuryadi, kemarin. 

Lalu, bagaimana mekanisme pemilihan ketua umum di PDIP? Politisi senior PDIP, Hendrawan Supratikno menjelaskan, hal itu sudah diatur dalam AD/ART PDIP. Dalam konstitusi PDIP itu disebutkan, pemilihan ketua umum merupakan hak prerogatif ketua umum petahana untuk menentukan. 

Baca juga : Mega Maunya Puan Gantiin Jokowi Ya..?

"Ketentuan tersebut dibuat sesuai dengan kultur organisasi kami yang unik, terpimpin atau hierarkis dan tegak lurus terhadap ideologi partai," kata Hendrawan, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam. 

Untuk sosok yang pas menggantikan Mega, Hendrawan berbicara sangat filosofis. Kata dia, sosok itu harus bisa melakukan integrasi ke dalam dan adaptasi ke luar. Soal integrasi dan kesolidan itu, menurut dia, sangat berkaitan erat dengan trah Soekarno yang menjadi pusat gravitasi di PDIP. Trah Soekarno menjadi inti eksistensi PDIP. 

Meski demikian, menurutnya, tidak mudah orang diberi kepercayaan masuk ke DPP PDIP. Syaratnya, harus memiliki rekam jejak kesetiaan, reputasi, dan kegigihan ideologis. "Jadi, semua seturut pertimbangan, intuisi dan kalkulasi Bu Mega," ungkapnya. 

Baca juga : PDI Bandung Ingatkan Kepala Daerah Terpilih Jaga Amanah Rakyat

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin mengatakan, yang disampaikan Mega itu adalah pesan kepada penerusnya agar serius dalam mengurus partai. Agar PDIP bisa tetap eksis. Menurut dia, dalam ucapan Mega itu tersimpan kekhawatiran partai tak bisa langgeng. "Khawatir setelah Mega mundur, partai menjadi tercabik-cabik," kata Ujang, saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam. 

Ujang menambahkan, saat ini PDIP adalah partai yang solid dan kokoh. Kesolidan itu tak lepas dari sosok Mega yang mampu menyatukan setiap faksi dan perbedaan. Jadi, ketika Mega lengser, otomatis sosok yang jadi pemersatu itu akan hilang. Jika tidak ada tokoh yang sekuat dan sekharismatik Mega, bisa saja terjadi perseteruan. 

Untuk sosok pengganti Mega, Ujang menyebut, kata pilihannya putra biologis dan trah Soekarno, ada Puan dan Prananda. Sedangkan kalau pilihannya putra ideologis, ada Jokowi, Hasto Kristiyanto, atau Budi Gunawan alias BG. Budi Gunawan memang bukan kader PDIP, namun, selama ini BG sangat dekat dengan Mega dan menjadi bagian keluarga besar PDIP. “Karena itu, namanya perlu diperhitungkan,” ucapnya.

Baca juga : Bamsoet Pilih Berani Beda Dengan Jokowi

Agar suksesi berjalan mulus, Ujang menyarankan agar Mega mempersiapkan betul penggantinya dan dilakukan secara soft alias tidak mendadak. “Pernyataan Ibu Mega soal suksesi ini tak lepas dari bagian mempersiapkan penggantinya,” ucapnya. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.