Dark/Light Mode

Cerita Tentang Nyoblos (2)

Di Cipete, Ada Yang Ngebet Nyoblos, Surat Suaranya Habis

Minggu, 21 April 2019 13:26 WIB
Menteri ESDM Ignasius Jonan usai mencoblos di TPS 099 di SD Bapem, Cipete Utara. (Foto: Humas ESDM)
Menteri ESDM Ignasius Jonan usai mencoblos di TPS 099 di SD Bapem, Cipete Utara. (Foto: Humas ESDM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Para elit bilang 17 April 2019 itu pesta demokrasi. Sedangkan kaum usang menuding, itu cuma pesta para elit di negeri ini. Namun saya melihat sendiri, kemarin politisi dan wong cilik benar-benar berpesta. Memeriahkan demokrasi.

Untuk menggunakan hak suara. Saya dan keluarga berkendara, menempuh jarak sekitar 15 kilometer. Maklum, saat ini saya tinggal di Depok, Jawa Barat. Sementara tempat mencoblos dirujuk ke Cipete, sesuai alamat di KTP. 

Saya bersepeda motor. Hari itu jalanan nampak lengang. Tak seperti hari kerja di Ibu Kota.

Hampir satu jam, akhirnya saya sampai di daerah padat penduduk. Tepatnya di Cipete Utara, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Banyak polisi berseliweran. Pas didekati, ternyata mereka membantu pengamanan. Ada kerumunan warga, yang siap mencoblos.

Baca juga : Pemilu Di Desa, Banjir Amplop Tapi Tetep Adem Ayem

Pesta demokrasi ini di kawasan itu digelar di banyak TPS. Ada yang pasang tenda di pelataran rumah warga, di lapangan bulu tangkis, ada pula yang di dalam rumah. Arena pesta terlihat sesak. Saya yakin, antusiasme warga sangat tinggi pada pemilu kali ini. 

Saya dan keluarga kebagian di TPS 050. Sedangkan istri di TPS 49. "Satu RT ada yang dua TPS. Kan sekarang bukan pemilu presiden doang," terang Ketua RT 014 yang juga Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Antrean yang panjang. Dan saya baru kebagian nyoblos beberapa jam kemudian.

Akibatnya, rencana liputan tugas dari kantor terlambat. Yaitu ke TPS Cipete Utara, tempat Keluarga Menteri ESDM Ignasius Jonan nyoblos. 

Harusnya, pukul 10.00 WIB saya tiba di TPS 099 di SD Bapem, Cipete Utara menyaksikan sekaligus meliput Menteri ESDM nyoblos. 

Baca juga : Coblosan Lancar, PPLN Kopenhagen Masih Nunggu Sisa Surat Suara Via Pos

“Iya benar tadi ada Pak Jonan. Beliau sudah pulang beberapa menit lalu. Dia lama kok di sini, hampir satu jam," kata petugas KPPS, saat saya tiba di situ. TPS 099 di SD Bapem, Cipete Utara.

Saya akhirnya kembali ke TPS tempat saya nyoblos. Saat berbincang dengan teman, di TPS 046, datang seorang wanita muda. Dia nampak kesal. "Saya nggak bisa nyoblos. Di TPS 045, surat suaranya sudah habis, saya disuruh nyoblos di sini," kata dara yang nggak disebutkan namanya. "Kalo kejadian kaya gini, nyoblosnya di kelurahan mba. Di sini cuma bisa nyoblos bagi warga yang ada namanya di DPT," timpal Ketua KPPS H Munadih. Alhasil wanita itu pun pergi. Saya ikuti dia ke TPS 045. Hanya berjarak 100an meter. Sampai di sana, ada enam orang tengah berdebat dengan petugas KPPS. Sepasang suami istri, satu ibu-ibu, dan tiga remaja. Mereka mengeluh lantaran nggak bisa nyoblos di wilayah sendiri.

Dari enam orang tadi, empat merupakan warga asli Cipete. Sisanya pendatang, warga Jawa Tengah dan Riau. Kedua orang ini membawa KTP-El, tapi nggak masuk dalam DPT di TPS 045. Di TPS tersebut total DPT-nya 275 dengan tambahan lima surat suara.

"Saya nggak bisa milih nih. Padahal saya sudah delapan tahun ngekost di sini. Pemilu 2014 saya milih, masa sekarang nggak bisa. Ini undangan C6 saya (sambil nunjuk gambar di HP)," keluh pria kelahiran Jawa Tengah itu.

Baca juga : Diplomasi Surat Menyurat Nabi

Yang dari Riau pun demikian. Dia seorang perempuan. "Sudahlah, pasrah saya. Kalau memang nggak bisa milih. Katanya di sini surat suaranya habis. Saya diminta nyoblos di TPS lain," katanya.

Sepasang suami istri tadi, beserta ibu-ibu dan satu remaja itu akhirnya diantarkan ke TPS lain. "Ini bisa. Soalnya dia terdaftar di DPT. Cuma di TPS ini (045) surat suaranya habis. Makanya dipindah ke TPS lain," ujar Ami salah seorang petugas KPPS.

“Kalau ada warga yang nggak dapet C6, tapi namanya ada di DPT, tetap bisa milih dengan membawa KTP-El, tapi di atas jam 12. Nah karena di sini surat suaranya habis, kita rujuk ke TPS lain," terang Warsit. "Gini deh. Ibarat rumah sakit. Kalau di RS Prikasih nggak nerima karena alatnya nggak lengkap, pasien dirujuk ke Rumah Sakit Fatmawati yang alatnya rada lengkapan. Nah ini sama. Dia dirujuk ke TPS lain, dengan syarat bawa KTP-El sama terdaftar di sini," terangnya, memberi ilustrasi, sambil menunjukkan DPT di papan. ***

Nur Rochmannudin
Wartawan Rakyat Merdeka

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.