Dark/Light Mode

Pemilu: Arena Sosialisasi Politik oleh Parpol

Jumat, 22 Maret 2024 14:17 WIB
Ahmad Rifki Nurfebriansyah (Sumber: Dok. Pribadi)
Ahmad Rifki Nurfebriansyah (Sumber: Dok. Pribadi)

Pemilu menempati posisi yang begitu penting bagi negara. Pertama, Pemilu menjadi suatu mekanisme terpenting dalam keberlangsungan demokrasi perwakilan. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan masyarakat yang semakin pesat, jumlah yang semakin banyak, dan sebaran yang semakin luas. Kondisi tersebut tidak memungkinkan masyarakat untuk berkumpul dan mendiskusikan masalahnya secara serius. Kedua, Pemilu merupakan indikator negara demokrasi. Ketiga, Hungtinton (1997) mengungkapkan Pemilu sebagai alat serta tujuan demokratisasi. 

Sebagai momentum yang penting, sebenarnya Pemilu bukanlah sesuatu hal yang berkarakter tunggal dan kaku. Menurut Heywood dalam Pamungkas (2009), Pemilu adalah ‘jalan dua arah’ yang disediakan untuk pemerintah dan rakyat, elite, dan massa dengan kesempatan untuk saling mempengaruhi. Sebagai ‘jalan dua arah’ fungsi pemilu dapat dirumuskan dalam dua perspektif bottom-up dan top-down.

Dalam perspektif bottom-up, Pemilu dilihat sebagai media politisi dapat dipanggil untuk bertanggung jawab dan ditekan untuk mengutarakan kebijakan yang merefleksikan publik. Sedangkan dalam perspektif top-down, Pemilu dilihat sebagai sarana elite melakukan kontrol terhadap rakyat agar tetap tanpa gerak/diam (quiescent), dapat ditundukan (malleable), dan pada akhirnya dapat diperintah (governable) (Pamungkas, 2009). 

Terdapat tiga alasan Pemilu menjadi sesuatu yang penting. Pertama, Pemilu dapat menjadikan pemerintahan yang berkuasa yakin dan dapat membuat kesepakatan-kesepakatan politik dengan rakyat. Kedua, Pemilu dapat memberikan legitimasi pemerintahan guna mempengaruhi perilaku masyarakat. Ketiga, dalam dunia modern penguasa lebih mengedepankan kesepakatan daripada pemaksaan dalam mempertahankan kekuasaannya (Haris, 1998). 

Baca juga : Klaim Penyakit Kritis Melonjak, Generali Indonesia Rilis Produk MCI Pro

Dalam melaksanakan Pemilu sesuai dengan idealnya, kehadiran partai politik sangat diperlukan. Budiarjo (1997) menguraikan bahwa partai politik merupakan suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya), dengan cara konstitusional guna melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. Menurut Friedrich (1967), partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan pemerintah bagi pemimpin partainya, dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materil. 

Sebuah gambar berisi diagram, garis, teks, Rencana

Deskripsi dibuat secara otomatisSumber: Penulis

Gambar di atas memberikan gambaran, bahwa suatu negara penganut demokrasi, kepentingan terhadap rakyat tidak dapat serta merta dari otoritas negara kepada rakyat. Tetapi terdapat dua elemen, yakni partai politik dan pemilu sebagai penopangnya. Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 2011, partai politik memiliki 5 fungsi, diantaranya:

  1. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
  2. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat;
  3. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;
  4. Partisipasi politik warga negara Indonesia; dan
  5. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender. 

Partai politik berkewajiban untuk menjalanan fungsi-fungsinya. Salah satu poinnya adalah mengenai sosialisasi politik. Secara definisi, Dennis Kavanagh menjabarkan sosialisasi politik ialah proses individu dapat belajar politk supaya mampu membentuk budaya politik di masyarakat. Sedangkan Greenstein, sosilaisasi politik secara sederhana dapat dimaknai sebagai pembelajaran politik yang diberikan melalui seorang agen yang mengerti tentang politik.

Baca juga : Ini Kata Wapres Soal Aturan TNI-Polri Boleh Isi Jabatan ASN

Dalam pemaknaan Greenstein mengenai ‘agen yang mengerti tentang politik’ dapat berasal dari individu maupun institusi. Hal tersebut turut relevan dengan partai politik yang merupakan organisasi terlegitimasi dan dianggap mengerti politik. Maka dari itulah, peran sosialisasi politik oleh partai politik sangat penting. Seperti pada Pemilu Serentak 2024 kemarin, tentang bagaimana partai politik dapat menjalankan sosialisasi politik kepada masyarakat. Perlu dicermati dan dipahami metode sosialisasi politik oleh partai politik.

Dawson mengungkapkan, dalam khazanah literatur ilmu politik terdapat dua bentuk political learning, yaitu direct and indirect. Direct yakni dengan cara menunjukkan materi yang ditransmisikan spesifik mengenai politik. Indirect yakni materi yang disampaikan tidak berkaitan langsung dengan politik. Pada Pemilu 2024 kemarin, kita dapat melihat bagaimana partai politik yang berkontestasi mendatangi masyarakat untuk melakukan sosialisasi politik. Misalnya masyarakat dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian partai politik A hadir dengan memberikan pemahaman tentang bagaimana mengenai surat suara, warna apa partainya, mengapa harus memilih partai tersebut.

Momentum Pemilu akan jauh diminati oleh masyarakat dalam pemberian asupan pendidikan politik daripada saat di luar momentum pemilu. Megapa demikian? Pemilu dan partai politik menjadi satu kesatuan, sehingga saat keduanya dalam satu arena maka masyarakat akan jauh lebih menyukai daripada terpisah arena. Dawson lebih lanjut menjabarkan, sosialisasi politik yang dilakukan dengan metode langsung dapat dipilah menjadi empat jenis. Di antaranya:

1. Imitasi
Diartikan sebagai bentuk peniruan. Dalam politik, peniruan ini sering digunakan dengan merujuk pada sosok tertentu yang dianggap dapat memberi dampak positif. Semisal pada cara sosialisasi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dengan menggunakan tokoh Jokowi dibelakangnya. Kemudian Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang menggunakan tokoh Bung Karno dibelakangnya. Hal-hal tersebut kemudian mampu memberikam citra terhadap partai dan partai dapat membranding dengan identitas yang di bawanya.

Baca juga : Berdiri Dari Duduk Ternyata Bisa Aktifkan Molekul Harapan

Gambar Jokowi pada Kampanye PSI
2. Sosialisasi politik antisipatoris
Merupakan tahap dari sosialisasi politik yang merujuk pada proses persiapan sebelum seseorang memangku jabatan tertentu. Seseorang yang ingin menduduki jabatan atau posisi sosisal teretntu sering memulainya dengan mengambil oper nilai, sikap ataupun tingkah laku yang berhubungan dengan peran-peran tersebut pada jauh hari sebelum yang bersangkutan benar-benar menduduki jabatan profesi atau posisi tersebut. 

3. Edukasi atau pendidikan politik
Pendidikan politik adalah upaya nyata untuk mentrasmisikan nilai, sikap, dan orientasi politik. Melalui pendidikan politik, masyarakat diharapkan menyadari hak dan kewajiban politiknya sebagai warga negara. Partai politik sebagai organisasi politik melakukan pendidikan politik melalui kontak-kontak politik langsung sekaligus memberi pemahaman atas idelogi partai yang dianut.

4. Pengalaman berpolitik
Pengalaman politik merupakan salah satu hal yang mampu memengaruhi kehidupan politik masyarakat. Sederhananya pengalaman politik memberi ruang yang lebih longgar mengenai kemungkinan seseorang memperoleh hal baru tergantung seberapa jauh tingkat aktivitas penerima. Semakin aktif seseorang dalam arena politik, maka semakin banyak pengalaman politik yang diperoleh. 

Pemilu sejatinya sebagai tempat pesta rakyat. Pesta dalam rangka menentukan wakil dan pemimpin rakyat. Partai politik yang merupakan organisasi dan telah diberi legitimasi oleh negara memiliki peranan penting dalam memberikan sosialisasi politik. Hal ini tidak terlepas dari masih minimnya pemahaman politik di masyarakat. Sehingga partai politik berkewajiban untuk hadir di tengah-tengah masyarakat bukan semata-mata untuk meraup simpati dan suara. Tetapi lebih daripada hal tersebut, sebagai bentuk Langkah mencerdaskan dan menyuarakan politik secara mendalam kepada masyarakat. 

Ahmad Rifki Nurfebriansyah
Ahmad Rifki Nurfebriansyah
Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik, FISIP, Universitas Padjadjaran

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.