Dark/Light Mode

Pemilu, Di Mana Titik Temunya?

Minggu, 11 Februari 2024 06:22 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Masa tenang pemilu yang dimulai hari ini, sampai 13 Februari, akan menjadi masa waswas. Masa tegang dengan rasa yang campur aduk.

Tanggal 14 Februari, sekitar pukul lima sore, gambaran hasil pemilu mulai terlihat. Sangat mungkin, masing-masing pihak akan mengklaim sebagai pemenang.

Tanggal 14 malam atau 15 Februari, sikap masing-masing pihak akan mulai terlihat. Ada yang menerima, ada yang menolak.

Yang menarik, para elit dan pemain inti pemilu seperti tak memiliki jalan untuk memutar balik. Semua pihak sudah berjalan sangat jauh, bahkan ada yang dianggap melampaui batas.

Situasi dan kondisi ini sangat riskan. Apalagi gelombang reaksi dari kampus, dari para guru besar dan civitas akademika serta mahasiswa, belum bisa diprediksi dimana ujungnya.

Tuntutan orang-orang kampus yang sangat beragam, dari yang dibungkus halus sampai yang sangat keras, seperti pemakzulan Presiden Jokowi, akan sangat ditentukan dari hasil pemilu.

Baca juga : Jangan Biarkan Jendela Pecah

Karena banyak pihak sudah berjalan terlampau jauh dan terus bergerak maju, maka titik temunya menjadi menarik. Di mana ujungnya?

Pertama, setelah 14-15 Februari, Seperti pemilu-pemilu sebelumnya: pada akhirnya, semua akan terkontrol. Yang panas akhirnya mendingin, yang padat akhirnya mencair.

Kondisi ini menyaratkan sikap legowo. Menerima kekalahan dengan wajar dan menyambut kemenangan tanpa mengejek serta menjatuhkan lawan. Kondisi ekonomi rakyat, juga harus terjaga. Kondisi adem ayem ini, paling ideal.

Atau, bisa terjadi kondisi kedua: dinamika perlawanan akan meluas tapi tetap terkendali. Pada Pemilu 2019 misalnya, ketika Prabowo-Sandi kalah, terjadi gelombang protes yang memanas, tapi akhirnya mereda, dan para elitnya bahkan bersatu.

Kondisi ini tergantung konsolidasi yang dilakukan Pemerintah. Misalnya, mengajak dialog, menghindari aksi yang menjurus keras, serta mengakomodir sebagian tuntutan para pengkritik.

Kondisi ekonomi rakyat, juga stabil-terkendali. Masalahnya, penyaluran Bansos yang selama ini dikritik, apakah akan dilanjutkan?

Baca juga : Politik Rem Dan Kaca Spion

Selain itu, posisi Mahkamah Konstitusi (MK) yang akan mengadili masalah pemilu, juga menjadi titik sentral.

Meskipun kepercayaan terhadap MK sedang merosot, sikap kenegarawanan para hakim MK menjadi sangat krusial. Karena, tombol panas-dinginnya kondisi bangsa, salah satunya ada di tangan MK.

Kondisi ketiga, ini yang paling riskan dan ongkosnya sangat mahal. Kondisi tersebut yakni gelombang aksi yang meluas dan membesar serta tak terkontrol.

Ini bisa terjadi kalau pihak yang menang dan kalah sama-sama ngotot. Pemerintah maju terus, melakukan aksi dan reaksi yang keras, sedangkan pihak civil society, kampus serta para mahasiswa, tak kalah kerasnya, dan tak mau mundur. Prinsip “to be or not to be” mengemuka. Ini berbahaya.

Kita berharap, negeri ini akan baik-baik saja. Pemilu menjadi dinamika biasa, walau panas dan dinamis, tapi terkontrol.

Di sinilah pentingnya semua pihak bisa menahan diri. Bisa mengukur dan menimbang setiap langkah serta kebijakan yang diambil. Kapan harus maju, kapan harus mundur.

Baca juga : Tafsir-tafsir Menteri Mundur 

Siapa pun, dan apa pun kepentingannya, sungguh sangat mahal kalau harus mengorbankan rakyat, bangsa dan negara.

Semoga bangsa ini akan tetap baik-baik saja.

Bisa terus melangkah maju dalam keseimbangan yang pas antara stabilitas dan demokrasi. Di situlah titik temu dan equilibrium terbaiknya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.