Dark/Light Mode

Lelucon Patroli WA

Rabu, 19 Juni 2019 10:04 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Ini sih rasanya keterlaluan jika benar terjadi. Ini sekaligus penanda semakin mengerasnya distrust para pemangku negara kepada rakyatnya. Seolah rakyat saat ini sedang di puncak pembangkangannya dan semakin besar ancaman mereka, sampai-sampai, tercetus rencana memonitor ruang-ruang komunikasi digital mereka.

Memang tugas para pengampu dan penyelenggara negara memastikan republik ini secure dari sampah-sampah pemikiran dan tindakan yang bisa merusak persatuan dan kesatuan. Memang tugas negara memastikan ikatan kebangsaan NKRI yang wilayahnya beribu-ribu pulau ini tidak rapuh, melainkan kuat dan kokoh.

Baca juga : Yang Muda Jadi Menteri

Tidak salah memang bila mereka melakukan langkah antisipasi. Potensinya ada, provokasi-provokasi yang dilancarkan cyber army para aktivis gerakan yang ingin mengganti sistem politik yang ada, Pancasila, dengan sistem kekhalifahan memang ada, dan terus jalan. Monitoring perlu tapi tidak terlalu detil.

Harus ada ruang jejaring media sosial yang di sana jadi ruang pendewasaan publik. Ada ruang diskusi dan perbedaan yang sehat, ada dialog-dialog sehat antar generasi, antar kubu, untuk menyamakan persepsi. Dibangun terus harapan dan optimisme negara dalam keadaan baik-baik saja.

Baca juga : Transparansi MK

Rakyat kita harus terus dilatih menyikapi santai perbedaan keyakinan politik. Dan politik harus tetap terjaga dari campur tangan ideologi politik yang eksklusif, yang dimonopoli kelompok tertentu, yang punya orientasi merusak ideologi kebangsaan yang terbuka. Kalau ini yang diperturutkan, maka bisa merusak tatanan kebangsaan yang ada. 

Gagasan patroli jejaring WhatsUps bisa mengganggu kebebasan, apalagi kalau perbedaaan itu diselesaikan dengan penangkapan penyelidikan, penyidikan, dan seterusnya. Biarkanlah semua mengalir. Bagi anak-anak bangsa yang diperlukan ruang komunikasi yang sehat. 

Baca juga : Zero Mistake Menyusun Kabinet

Kecuali semua sudah bosan dengan Indonesia. Silahkan. Indonesia meniru cina, di mana negara punya akses ke setiap data pribadi warganya. Semua serba negara. Tidak ada demokrasi di sana. Indonesia tinggal nama. Naudzu billahi min dzaalik.***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.