Dark/Light Mode

Kenangan Gorbachev

Kamis, 1 September 2022 06:36 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

 Sebelumnya 
Saat para demonstran yang meruntuhkan Tembok Berlin mengarah dan berusaha merangsek ke kantor KGB di Dresden, Putin menghubungi kantor pusat di Moskow. Tidak ada yang menjawab. Di waktu yang sempit dan tegang itu, Putin mengambil keputusan sendiri.

Dia keluar gedung, menghadapi para demonstran sendirian. Dia berbicara santun dalam Bahasa Jerman yang fasih.

Baca juga : Bukan Telur Di Ujung Tanduk

Dalam buku “Mr. Putin: Operative in the Kremlin” karya Fiona Hill dan Cliff Gaddy, Putin mengklaim, saat itu dirinya memamerkan sepucuk pistol untuk menakut-nakuti para demonstran. Dia berhasil. Demonstran pergi. Bubar. Kantornya aman.

Kenangan itu terus melekat di benak Putin. Dia tidak bisa membayangkan negaranya kalah telak dari Barat. Dalam sekejap.

Baca juga : "Last Minute Politics"

33 tahun kemudian, Putin kembali mengeluarkan pistol: dia melakukan operasi militer, menyerbu Ukraina.

Sama seperti Gorbachev, dia punya kenangan. Dia punya cita-cita buat bangsanya. Putin ingin membangun kembali “Kekaisaran Rusia”. Dia ingin meninggalkan legacy, dengan caranya sendiri.

Baca juga : "Reshuffle Kerakyatan"

Entah bagaimana dunia mengenangnya nanti. Pasti penuh warna, seperti Gorbachev. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.