Dark/Light Mode

Mendambakan Satu Wajah KPK

Kamis, 13 April 2023 07:10 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - KPK seperti memiliki dua wajah. Pertama, rangkaian OTT yang dilakukan KPK sebulan terakhir, adalah wajah pertama. Wajah cantik dan positif.

OTT terhadap Bupati Meranti, Riau, serta OTT di Balai Perekeretaapian DJKA Jawa Tengah menggambarkan bahwa KPK sudah bekerja dengan baik. OTT terakhir ini terkait dugaan korupsi pembangunan jalur kereta api Trans Sulawesi.

Rabu (12/4) kemarin, KPK juga menetapkan Gubernur Papua nonaktif Lukas Enembe sebagai tersangka dalam kasus dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU). Ini layak diapresiasi.

Selain wajah manis, KPK juga punya wajah kedua, wajah yang menggambarkan banyaknya masalah serius di tubuh KPK.

Baca juga : Mahfud-DPR Part II, Drama Atau Konkret?

Misalnya, ada enam laporan ke polisi terkait Ketua KPK Firli Bahuri. Firli juga dilaporkan ke Dewan Pengawas (Dewas) KPK. Kasusnya macam-macam. Kemarin, Dewas sudah mulai melakukan pemeriksaan.

Aksi walk out (WO) yang dilakukan para kepala Satgas KPK ketika Firli sedang berbicara, juga menjadi aksi serius. Aksi seperti ini belum pernah terjadi terhadap pimpinan KPK sebelumnya.

Dari dua wajah itu, secara keseluruhan wajah KPK kurang glowing. Ini terlihat dari beberapa hasil survei.

Survei terbaru yang dirilis Lembaga Survei Indonesia kemarin misalnya, menempatkan KPK bersama Polri, sebagai lembaga penegak hukum dengan tingkat kepercayaan publik paling rendah. Survei dilakukan 31 Maret4 April 2023.

Baca juga : Bukan Negeri Transaksional

Wajah korupsi tersebut juga tergambar dari Skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia yang terus merosot.

Terakhir, IPK Indonesia turun empat poin, dari 38 pada 2021 menjadi 34 di 2022. Ini merupakan penurunan paling drastis sejak 1995.

Fenomena ini menjadi “pukulan” buat KPK. Apalagi saat ini korupsi semakin menjadi-jadi.

Kondisi memprihatinkan ini membutuhkan lembaga pemberantas korupsi yang kuat dan berwibawa. Bukan lembaga yang “tersandera” oleh berbagai macam kasus serta kepentingan.

Baca juga : Bisa Berbelok Jadi Sinetron

Kalau pimpinan lembaga tersebut punya beban atau “tersandera”, maka sulit bersikap independen. Akan mudah dikendalikan. Oleh siapa pun. Baik yang pro maupun yang kontra.

Sebagai lembaga yang sangat diharapkan menjadi tulang punggung pemberantasan korupsi, KPK mesti diisi oleh orang-orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Figur-figur yang bisa menghidupkan dan meningkatkan marwah KPK, bukan sebaliknya.

Sesungguhnya, bangsa ini masih sangat membutuhkan KPK. KPK yang hanya punya satu wajah: cantik dan glowing. Bukan dua, apalagi tiga. Bukan yang bopeng atau “tersandera”. KPK yang cantik dan glowing perlu terus didukung.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.