Dark/Light Mode

“No Viral, No Attention”

Kamis, 4 Mei 2023 05:06 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi akan berkunjung ke Lampung. Secepat kilat, beberapa ruas jalan di Lampung yang rusak dan ramai disorot netizen, langsung diperbaiki. Pola ini sangat Indonesia banget. Orang menyebutnya “the power of kepepet”. Ada juga yang menyamakannya seperti kisah legenda Bandung Bondowoso. Bandung membangun seribu candi (kurang satu) dalam semalam demi mendapatkan cinta Roro Jonggrang.

Mestinya, inilah pola kerja yang benar. Langsung sat-set sat-set, bekerja cepat dan efektif. Seperti Bandung Bondowoso. Tak perlu menunggu kunjungan atau sentilan Presiden untuk memperbaiki infrastruktur. Sayangnya, Indonesia seperti terjangkit virus “no viral, no justice atau no viral, no attention”. Setelah viral baru diperhatikan.

Virus ini sangat berbahaya. Karena, sifatnya insidentil. Yang menjadi perhatian hanya yang disorot, bukan keseluruhan. Bukan sistem yang bekerja, tapi sekadar “make up” yang bisa luntur dalam sekejap.

Baca juga : “Ayam dan Orang Alim”

Perbaikan jalan di Lampung misalnya. Menambal jalan rusak, okelah. Tapi, bukan sekadar itu. Perlu diperhatikan juga saluran air di kiri-kanan jalan. Kalau tidak, jalan tersebut berpotensi rusak lagi. Keluar anggaran lagi. Begitu seterusnya.

Pola kerja seperti ini pernah disorot KPK. KPK menyorot kerawanan tata kelola pembangunan proyek jalan tol. Menurut KPK negara berpotensi mengalami kerugian besar, karena ada kerawanan (korupsi) dalam proyek tersebut.

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menyebut, kerawanan itu mulai dari proses persiapan, pelelangan, pendanaan, konstruksi, operasi pemeliharaan hingga pengambilalihan konsesi. Menurut KPK, akibatnya, negara mengalami kerugian sampai Rp 4,5 triliun.

Baca juga : “Anomali Amali”

Ini jumlah yang sangat besar. Dana senilai Rp 4,5 triliun tersebut bisa digunakan untuk memperbaiki bangunan sekolah yang rusak di seluruh Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, 60 persen bangunan sekolah SD di seluruh Indonesia, mengalami kerusakan. Kondisi ini sangat menyedihkan. Tak kalah menyedihkan akibat jalan rusak yang menyebabkan inefisiensi dan kecelakaan.

Kita berharap, setelah Lampung, Presiden bisa mengagendakan kunjungan ke beberapa daerah yang tengah disorot. Karena, jalan berlubang bukan hanya di Lampung. Bangunan SD yang rusak, juga tersebar di seluruh Indonesia.

Para pemudik yang baru saja pulang kampung, tentu punya banyak cerita dan catatan mengenai jalan rusak atau bangunan sekolah di daerahnya atau rute yang dilaluinya. Sayangnya, sisi-sisi gelap di daerah-daerah tersebut tidak semua bisa digaungkan. Tidak semua daerah punya keberuntungan viral seperti Lampung.

Baca juga : Fenomena “Massa Non-Politik”

Karena itu, mestinya, sistemlah yang bekerja secara konsisten dan berkesinambungan. Bukan “the power of kepepet”. Bukan hanya sigap atau reaktif karena Presiden atau pejabat akan berkunjung. Bukan pula sekadar make up tipis-tipis. Juga bukan karena viral dan disorot netizen. Prinsip “no viral, no attention” harus dibuang jauh-jauh.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.