Dark/Light Mode

Koalisi Tergantung Pemilihan Cawapres

Senin, 17 Juli 2023 00:11 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Koalisi parpol menuju Pilpres 2024 sudah mengerucut. Sudah ada tiga poros, yang sama-sama telah memenuhi Parliamentary Threshold untuk mengusung Capres-Cawapres. Namun, ikatan koalisi parpol-parpol itu belum kuat. Masing-masing anggota koalisi masih berpeluang berubah haluan. Presiden Jokowi bahkan menyebut, koalisi saat ini belum jelas.

Contohnya dalam Koalisi Perubahan, yang terdiri atas Partai NasDem, Partai Demokrat, dan PKS. Ketiga partai ini memang sudah meneken kontrak perjanjian koalisi untuk mengusung Anies Baswedan sebagai Capres. Namun, hal itu tidak menjamin ketiga partai ini akan terus berada dalam satu ikatan hingga pendaftaran Capres-Cawapres nanti. Hingga saat ini, masih muncul ancaman-ancaman, utamanya dari Demokrat, yang akan mengevaluasi koalisi jika nama Cawapres pendamping Anies tak kunjung diumumkan.

Baca juga : Fraksi PKS DPR Tegas Tolak Perilaku Dan Kampanye LGBT

Demokrat terlihat sangat ngotot mendorong Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk menjadi Cawapres Anies. Sedangkan NasDem, terlihat kurang sreg. Sementara PKS, lebih banyak diam. Entah karena telah setuju atau punya strategi lagi.

Tarik-menarik ini membuat Anies harus cermat betul dalam menentukan Cawapres. Jika salah, koalisi bisa bubar. Jika hanya mengakomodir Demokrat, NasDem rawan keluar. Demikian juga jika menafikkan keinginan Demokrat, partai berlambang bintang mercy bisa pindah haluan. Apalagi saat ini Demokrat sedang lengket dengan PDIP dan juga dekat dengan Golkar.

Baca juga : TNP2K Apresiasi Terobosan Muba Entaskan Kemiskinan Esktrem

Demikian juga dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya alias KKIR. Hubungan Partai Gerindra dan PKB dalam koalisi ini rawan pecah. PKB terus mendesak Gerindra untuk menetapkan Muhaimin Iskandar sebagai Cawapres Prabowo Subianto. Sementara, Gerindra seperti sedang mencari sosok lain yang elektabilitasnya lebih tinggi dari Muhaimin.

Prabowo memang tidak terlalu terancam jika PKB keluar. Sebab, masih ada Golkar dan PAN yang bisa ditarik. Namun, kehilangan PKB tentu menjadi kerugian bagi Gerindra. Kantong suara dari basis Nahdlatul Ulama (NU) kultural yang dekat dengan PKB, bisa lepas. Elektabilitas Prabowo terancam tergusur.

Baca juga : Lawan Cawe-cawe IMF!

Sedangkan PDIP, memang relatif lebih aman. Sebab, PDIP merupakan satu-satunya parpol yang bisa mengusung sendiri Capres-Cawapres di 2024. Namun, bukan berarti PDIP tidak butuh teman koalisi. Apalagi, saat ini elektabilitas Ganjar Pranowo sebagai Capres PDIP, tertinggal sedikit dari Prabowo.

Saat ini, PDIP sudah menjalin kerja sama dengan PPP dan dalam pendekatan dengan PAN. Dua partai ini menyodorkan nama Cawapres berbeda untuk mendampingi Ganjar. PPP mendorong Sandiaga Uno, sedangkan PAN mengusung Erick Thohir. Khusus untuk PAN, sudah membulatkan tekad, hanya akan berkoalisi dengan yang mengusung Erick sebagai Cawapres. Jika Cawapres Ganjar bukan Erick, PDIP berpeluang kehilangan PAN.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.