Dark/Light Mode

Pinjol, Menteri Saja Curhat…

Kamis, 21 September 2023 00:27 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Korban pinjaman online (pinjol) terus bermunculan. Korban pinjol terakhir, yang kemarin ramai di medsos, adalah pria berinisial K. Dia bunuh diri, meninggalkan balita berusia tiga tahun.

Ini bukan kasus pertama. Sudah beberapa kali. Sudah lama. Mestinya ada solusi cepat dan tepat, bukan sekadar “memanggil” perusahaan pinjolnya untuk dimintai keterangan. Atau, ancaman bahwa “perusahaannya akan dibekukan”.

Kembali ke K tadi. Dia pegawai honorer di sebuah kantor dengan kontrak kerja lima tahun. Dia meminjam di perusahaan pinjol resmi yang diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pinjamannya Rp 9,4 juta. Namun, dia harus mengembalikan senilai Rp 18 jutaan.

Ketika kondisi mulai sulit, K diteror debt collector. Termasuk ke kantor tempatnya bekerja. Dampaknya, dia diberhentikan.

Baca juga : "Tentuin Saja Pemenangnya…"

Karena K tak lagi bekerja, anak dan istrinya pulang ke rumah orangtuanya. Keluarga bukannya tak membantu. Tapi, tidak bisa menutup semuanya. K depresi. Dia akhirnya mengakhiri hidup.

Setelah K meninggal, teror bukannya berhenti. Tapi berlanjut ke keluarga. Pihak keluarga sudah menunjukkan surat kematian K, tapi pihak pinjol tak mau tahu.

Kisah K adalah wajah negeri ini sekarang. Kondisi ekonomi yang menurun, antara lain karena Covid-19, membuat banyak orang “turun kelas”. Termasuk mereka yang tadinya bekerja dengan penghasilan mapan.

Harga-harga melambung, inflasi meningkat, sementara penghasilan berkurang atau bahkan nyaris tidak ada, memperkelam kondisi keuangan. Solusinya: pinjol. Apalagi syaratnya mudah dan cepat.

Baca juga : Tiga Fokus Menteri Nyaleg

Yang berhubungan dengan pinjol bermacam-macam. Ada yang meminjam untuk usaha-usaha produktif. Di sini, pinjol cukup membantu. Tidak sedikit pula yang meminjam karena tuntutan ekonomi keluarga. Ada juga yang meminjam karena gaya hidup. Bukan karena kebutuhan, tapi keinginan.

“Kalau tidak mau diteror, bayar dong,” begitu kalimat yang sering terlontar. Namun, yang kena teror bukan hanya si peminjam. Orang yang tak tahu apa-apa, juga kena getahnya. 

Maka, jangan heran, seorang Bos yang profilnya tak mungkin berhubungan dengan pinjol pun bisa kena teror. 

Dari mana mereka tahu nomor telepon orang lain? Namanya fintech, tentu punya cara yang canggih untuk menelusuri data orang-orang yang terkait si peminjam.

Baca juga : Di ASOEN-34, Menteri Siti Bicara Isu Lingkungan

Dari pengakuan yang muncul di medsos, terornya macam-macam. Mulai yang biasa sampai sangat kasar. Bahkan ada yang dikirimi mobil “sedot tinja” padahal dia tak mengorder.

Ini sudah meresahkan. Bahkan, keresahan ini sudah berlangsung lama. Pada Maret 2021, Menkeu Sri Mulyani pernah “curhat” soal ini dalam sebuah acara. 

Sri mengaku, tiap hari di handphonenya masuk tawaran pinjaman online. Nilainya 1-5 juta. Karena dibanjiri tawaran, Sri harus menghapusnya setiap hari. Apakah sekarang Sri masih menerima tawaran pinjaman, dengan nilai jutaan rupiah, atau lebih besar lagi?

Yang pasti, kondisi ini sangat serius. Penanganannya juga harus extraordinary. Tidak boleh biasa-biasa saja. Jangan sampai korban terus berjatuhan. Karena, menteri saja mengeluh, curhat, apalagi rakyat.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.