Dark/Light Mode

“Mantab” Dan Paradoks Chile

Minggu, 23 Juni 2024 06:32 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Golongan “mantab” bisa menjadi persoalan tersendiri kalau tidak ditangani dengan baik. Mantab atau “makan tabungan” adalah kelas menengah yang punya sedikit tabungan tapi kian terancam oleh berbagai kondisi ekonomi saat ini.

Kelompok ini adalah sebagian kelas menengah yang otaknya penuh, tapi kantongnya kian menipis. Ada yang menyebutnya sebagai “kelas menengah yang brisik”.

Kelompok ini perlu dikelola dengan baik. Kalau tidak, bisa muncul benih “Chilean Paradox”.

Istilah ini popular awal tahun ini. Ekonom Chatib Basri menggaungkannya sembari memberi peringatan: hati-hati. The Chilean Paradox atau Paradoks Chile terjadi saat angka-angka statistik, termasuk pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka yang membaik tapi fasilitas dan kebutuhan kelas menengah tidak membaik dan lalai diperhatikan.

Inilah yang terjadi di Chile pada Oktober 2019. Saat itu, Chile menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Amerika Latin. Jumlah orang miskin, juga turun drastis. Sekilas, kon disinya baik-baik saja.

Baca juga : Utang Untuk Jiwa Raga

Namun, angka-angka fantastis itu tak mampu menghalangi kelas menengah untuk mengungkapkan ketidakpuasan mereka.

Salah satu pemicunya, adalah tarif transportasi yang dalam beberapa bulan, naik secara beruntun. Kenaikan itu memicu protes kelas pekerja menengah. Mereka mendesak pemerintah memperhatikan kebutuhan mereka. Jangan hanya fokus ke kelas bawah.

Ibukota Chile, Santiago memanas. Sekitar satu juta orang turun ke jalan. Tercatat, korban tewas 18 orang.

Itulah ekspresi kelas menengah. Kelompok ini, terutama kelas menengah pekerja yang sangat familiar dengan teknologi, memang sedikit beda. Kebutuhannya juga beda.

Kebutuhan mereka bukan hanya uang atau penghasilan. Mereka bisa terusik karena hak-hak hewan, jalanan rusak, sampah yang menggunung, transportasi yang tak diurus dengan baik, persoalan lingkungan hidup, korupsi, atau managemen pemerintah yang dianggap kurang pas. Bahkan yang tidak terlihat: soal keadilan dan demokrasi, sangat diperhatikan.

Baca juga : Pilkada Jakarta Jangan Dibalik

Memang “agak beda” dibanding kelas menengah patuh di era-era sebelumnya. Namun, ini fakta. Harus di dekati dan diperhatikan dengan baik dan benar.

Chilean Paradox terlihat agak sulit terjadi di Indonesia. Namun, seringkali, apa yang diduga mustahil, bisa tiba-tiba muncul. Apalagi kalau benihnya tidak diantisipasi atau luput dari perhatian.

Kelas menengah Indonesia yang tumbuh pesat jangan hanya dilihat sebagai pertumbuhan kesejahteraan rakyat semata. Tapi, kebutuhan mereka juga bertumbuh dan perlu diantisipasi.

Ada satu contoh bagaimana kelas menengah merasa dilayani dengan baik, yakni keberhasilan transformasi perkeretapian yang dilakukan Ignasius Jonan.

Kalau kebutuhan-kebutuhan seperti ini dibenahi dengan baik dan serius, disamping memenuhi kebutuhan kebutuhan lain yang disebutkan di atas, maka volume brisiknya kelas me nengah akan berkurang jauh.

Baca juga : Nostalgia Dan Perubahan UUD

Ini bisa menjadi “pesanan” bagi pemerintahan Prabowo-Gibran. Tentu saja, kita berharap, sembari menanam keyakinan bahwa benih Chilean Paradox tidak tumbuh dan terjadi di Indonesia. Supaya Indonesia semakin mantap, bukan “mantab”.

Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka Cetak, Halaman 1 & 8, edisi Minggu, 23 Juni 2024 dengan judul "Mantab” Dan Paradoks Chile"

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.