Dark/Light Mode

Utang Untuk Jiwa Raga

Kamis, 20 Juni 2024 06:22 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Rakyat dan pemerintah punya masalah yang sama: utang. Ada yang mengatakan utang pemerintah masih aman, ada yang bilang sangat berisiko alias menjurus tidak aman.

Perdebatan ini bukan isu baru. Apalagi di tahun politik, selalu muncul. Karena itu, pasti ada pro-kontra.

Dalam debat resmi capres-cawapres, isu ini juga mengemuka. Ada yang berjanji akan berusaha mengurangi utang. Ada pula yang bertekad, utang tak masalah asalkan produktif, transparan dan jelas peruntukannya.

Menjelang pergantian pemerintah Oktober 2024, isu ini kembali mencuat. Karena itu, Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Presiden Terpilih memberi penegasan bahwa Prabowo akan berhati-hati dalam mengelola utang negara. Berita ini dimuat di halaman depan Rakyat Merdeka, Rabu (19/6).

Hati-hati di sini bisa dibaca sebagai “tidak akan besar pasak daripada tiang”. Bisa juga diartikan bahwa langkah dan kebijakannya akan sangat selektif dengan perhitungan matang, fokus dan memperhatikan skala prioritas. 

Baca juga : Pilkada Jakarta Jangan Dibalik

Untuk mengujinya bisa diajukan dua pertanyaan. Pertama, apakah utang ini lebih karena memenuhi keinginan atau karena kebutuhan. Kedua, kalau kebutuhan, apakah butuhnya sekarang atau nanti.

Salah satu yang paling seksi dan sering menjadi pertanyaan sekarang adalah kelanjutan pembangunan ibukota negara, IKN, di tangan presiden terpilih Prabowo. 

IKN bisa menjadi dilema. Kalau dilanjutkan dengan speed tinggi dan masif, dananya minim. Investor asing belum ada. Mereka belum tertarik menanam modalnya. 

Kalau menggunakan APBN, keuangan negara sedang seret. Ditambah lagi dengan janji kampanye yang harus ditunaikan, antara lain makan siang dan susu gratis. Program ini membutuhkan anggaran sangat besar. Sampai ratusan triliun rupiah.

Jalan tengahnya, bisa jadi proyeknya dilanjutkan, tapi speed-nya dikurangi. Proyeknya berlanjut, tapi tidak semasif sebelumnya. 

Baca juga : Nostalgia Dan Perubahan UUD

Mengenai IKN, mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Sudradjad Djiwandono pernah menyampaikan sikapnya dalam acara talk show di salah satu stasiun TV. 

Ekonom senior ini mengungkapkan, “kalau belum mampu, jangan dipaksakan. Apakah kita sudah mampu? Belum. Saya sangat yakin, daripada IKN, lebih penting makan siang gratis untuk anak-anak Indonesia.”

Sudradjad adalah ipar Prabowo. Dua orang putranya, Thomas Djiwandono dan Budisatrio Djiwandono menjadi tim utama Prabowo. 

Thomas menjadi anggota Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Presiden Terpilih Prabowo bidang keuangan. Sedangkan Budi menjadi andalan Prabowo di partai dan di parlemen. Namanya sempat masuk bursa Pilkada Jakarta.

Jadi, apa yang disampaikan Sudradjad bisa menjadi kompas sementara dalam membaca (sebagian) arah kebijakan pemerintahan Prabowo lima tahun ke depan.

Baca juga : Judol Yang Kian Meresahkan

Pak Dradjad tampaknya sangat memahami apa arti syair lagu Indonesia Raya, “…bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya…”. Jiwanya dulu, baru fisik atau raganya”. 

Kalau jiwa dan raganya bisa sejalan, sama-sama dibangun dan maju, tentu lebih baik. Bisakah? Kita tunggu saja.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.