Dark/Light Mode

Kontroversi Kalkulator

Kamis, 19 Januari 2023 21:58 WIB
Kalkulator (Foto: Istimewa)
Kalkulator (Foto: Istimewa)

Menurut KBBI, mesin hitung atau kalkulator adalah alat untuk menghitung perhitungan sederhana seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian sampai kepada kalkulator sains yang dapat menghitung rumus matematika tertentu. Kalkulator merupakan alat bantu hitung elektronik yang masih sederhana dibandingkan dengan komputer. Kalkulator dapat membantu seseorang dalam menghitung dengan cepat dan tepat. Penggunaan kalkulator di dalam kelas masih menjadi perdebatan yang sangat menarik untuk di bahas.

Kelebihan kalkulator untuk pembelajaran matematika telah menjadi perhatian Pemerintah Ontario, dengan penggunaan kalkulator dapat membantu siswa sekolah dasar dalam meningkatkan pemahaman matematika dasar mereka (Strategi Matematika Baru, Laporan tentang Matematika Awal di Ontario, 2003). Tetapi, dalam jurnal internasional yang ditulis oleh Jeff Clark di SUNY Oswego, NY, United States (2011) menyatakan bahwa penggunaan kalkulator dapat menghambat penguasaan keterampilan dasar siswa saat mempelajari materi baru.

Di Indonesia, perkembangan teknologi, termasuk kalkulator, sudah seharusnya menjadi perhatian para pendidik matematika kita. Penggunaan kalkulator untuk matematika di Indonesia juga masih diperdebatkan. Banyak orang percaya bahwa kalkulator memiliki hasil yang merugikan untuk pembelajaran matematika, seperti kurangnya pemahaman siswa tentang dasar konsep matematika. Terlepas dari reaksi yang merugikan ini, banyak juga orang yang percaya kalkulator tersebut dapat digunakan untuk membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan matematikanya.

Baca juga : Politisi Kompor

Salah satu alasan tidak digunakannya teknologi ini di dalam kelas, terutama saat ujian tiba, adalah perihal ketergantungan pada teknologi ini. Jika siswa diperkenankan membawa dan menggunakan kalkulator satiap saat di dalam kelas, jelas hal ini dapat menyebabkan siswa sangat tergantung terhadap kalkulator dalam menyelesaikan setiap permasalah matematika. Siswa tidak lagi percaya pada perhitungannya sendiri dan lebih percaya pada hasil yang dikeluarkan oleh kalkulator.

Selain itu, bila siswa membawa kalkulator ke dalam kelas, dia tidak mempelajari konsep atau fakta matematika. Mereka hanya fokus terhadap kecepatan dan ketepatan hasil perhitungan dari suatu permasalahan matematika yang diberikan. Sehingga penggunaan kalkulator yang tidak bijaksana dapat mengakibatkan siswa hanya mementingkan hasil dan tidak mementingkan proses dan konsep. Mereka akan beranggapan bahwa ketika tidak ada kalkulator maka mereka tidak dapat bekerja atau menyelesaikan perhitungan yang ada.

Penggunaan kalkulator atau teknologi yang semacamnya diharapkan memberi kesempatan lebih beragam kepada siswa dalam berinteraksi dengan soal matematika. Terlebih mereka dapat memiliki waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan soal matematika dibandingkan bila dilakukan melalui kaidah manual. Kalkulator dapat digunakan sebagai perangsang untuk mengurangi beban psikologis dalam permasalahan perhitungan yang cukup berat atau digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar. Tetapi, dalam pelaksanaannya, diharapkan penggunaan kalkulator tidak digunakan dalam setiap kesempatan. Untuk menyelesaikan soal-soal sederhana yang bersifat rutin diharapkan tidak menggunakan kalkulator. Hal ini jelas akan berbahaya untuk kemampuan kognitif aritmetika dasar seorang siswa.

Baca juga : Salafi Jihadi

Bila peran kalkulator sudah terlihat, maka mulailah secara perlahan untuk mengendalikan penggunaannya. Sebagai contoh, pada awalnya tersedia sepuluh soal, dari sepuluh soal dibiarkan sembilan soal diselesaikan dengan kalkulator. Sisanya secara manual. Lalu periode berikutnya dikurangi lagi satu. Demikian seterusnya sampai mereka benar-benar siap melepaskan ketergantungan. Bila perlu berikan tantangan kepada mereka, "Masak mau kalah dengan kalkulator" atau "Malu dong kalau pakai kalkulator terus". Pada intinya berikan kesan agar otak manusia harus bisa mengalahkan teknologi termasuk kalkulator.

Peran guru di sini sangat penting dalam pembelajaran yang menggunakan teknologi. Bagaimana guru harus secara bijak dalam merencanakan pembelajaran sehingga siswa tidak meninggalkan kemampuan kognitif aritmetika dasar, dan guru pun harus siap dalam pemerataan terkait kemampuan kognitif penggunaan teknologi. Jangan sampai kehadiran teknologi seperti kalkulator menjadi hambatan bagi siswa yang memiliki kemampuan literasi teknologi yang rendah.

Diperbolehkan atau tidaknya penggunaan kalkulator atau teknologi alat hitung lainnya dalam pembelajaran matematika sekolah tingkat SMA tergantung pada kebijakan guru kelas terutama kebijakan yang diterapkan pada masing-masing sekolah. Dengan diterapkannya kurikulum merdeka, sekolah berwenang memiliki kebijakan yang berbeda dengan sekolah lainnya dan disesuaikan dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai masing-masing siswa di sekolah tersebut. Untuk sekolah yang sudah siap terkait pemanfaatan teknologi ini diharapkan dapat memberikan arahan yang tepat dalam penggunaan teknologi sehingga siswa tidak ‘bergantung’ terhadap keberadaan teknologi tersebut.

Baca juga : Industri K-Pop Batalkan Acara

Untuk sekolah yang tetap tidak mau memasukkan teknologi ini dalam pembelajaran matematikanya di kelas, diharapkan mempunyai cara yang kreatif untuk mempersiapkan perkembangan teknologi yang sangat cepat yang berada di sekitar mereka, sehingga tanpa penggunaan teknologi siswa melihat pembelajaran matematika tidak memberatkan dan cenderung menyenangkan. Semua kebijakan yang dipersiapkan masing-masing sekolah diharapkan membuat siswa tidak membenci pelajaran matematika yang identik dengan pelajaran ‘sulit’.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.