Dark/Light Mode

Tatkala Volkschool Dikutuk Ulama Tarekat Minangkabau

Selasa, 16 Mei 2023 13:21 WIB
Volkschool Penoeba Kepulauan Riau 1913. Sumber: media-kitlv.nl
Volkschool Penoeba Kepulauan Riau 1913. Sumber: media-kitlv.nl

Fikrul Hanif Sufyan, penulis Gejolak Sosial di Sumatra Barat & pengajar di STKIP Yayasan Abdi Pendidikan Payakumbuh

(*)

Tersebutlah kisah lahirnya sekolah-sekolah partikelir –yang didirikan kelompok Islam modernis di pesisir Pantai Barat Sumatra dan pedalaman Minangkabau. Masifnya sekolah-sekolah partikelir itu, tidak lepas untuk mengimbangi laju tak tertahankan dari Volkschool atau Sekolah Desa yang marak didirikan hingga di pedalaman Minangkabau. 

Volkschool sebagai bagian dari Politik Balas Budi menjadi booming di awal abad ke-20 di Nusantara. Didirikan pada 1907, dengan lama pendidikan tiga tahun. Kelanjutan sekolah desa ini, muncul pada 1915 dengan lama belajar dua tahun. 

Volkschool diperuntukkan bagi anak-anak pribumi yang tinggal di desa-desa. Pendirian sekolah ini didasarkan pada tuntutan kepentingan pembangunan perekonomian negara secara ekstensif, Belanda terpaksa memberikan kesempatan pendidikan kepada lapisan bawah penduduk pribumi.

Pun di Sumatra Barat. Sekolah yang idenya pernah dirintis di masa Van den Bosch melalui surat edaran 1931 itu, memang bermunculan hampir di tiap-tiap nagari. Sekolah Desa memang diperuntukkan bagi anak-anak pribumi, tanpa melihat status sosial dan ekonomi dari orang tuanya. 

 

Sikola Doso untuk Plesetan Volkschool

Baca juga : Kebakaran Hostel Di Selandia Baru Tewaskan 6 Orang

Pada 1915 di Sumatra Barat ada sebanyak 358 jenis sekolah ini, didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda (Abdullah, 1971; Yunus, 1979;  Buchari, 1982). Dan, hadirnya Adabiah School, Dinijah School, atau pun HIS yang didirikan persyarikatan Muhammadiyah adalah untuk menandingi laju  sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah.

Namun, laju yang tidak tertahankan dari Sekolah Desa di pedalaman Minangkabau, telah memicu amarah dari ulama-ulama tarekat Syattariyah dan Naqsyabandiyah. Hadirnya Sekolah Desa –rupanya telah mengubah cara berpikir orang Minang.

Alhasil, murid-murid yang mengaji di surau pun berkurang. Tuangku-tuangku yang mengajar di surau pun meradang, akibat hadirnya Sekolah Desa. Mereka pun memprotes hadirnya sekolah buatan pemerintah –yang kemudian mereka plesetkan menjadi Sikola Doso (baca: Sekolah Dosa). 

Mereka menamakannya Sikola Doso, karena sekolah tersebut didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda yang dituding kafir. Sebelum Sekolah Desa ini didirikan oleh pemerintah, tiap-tiap surau biasa menampung ratusan orang murid. Bahkan, dalam catatan Memorandum van Overgave pada 1902 ada surau yang mempunyai murid sekitar 500–1000 orang. 

Setelah Volkschool dikutuk ulama tarekat dengan Sekolah Dosa, maka grafik penerimaan dari murid-murid di Surau kembali ke titik normal. 

Residen Sumatra Barat W.P.C Whitlaw mengakui, bahwa hadirnya Sekolah Desa memang mendapat respon keras dari ulama-ulama tarekat, karena berdampak luas terhadap surau yang mereka bina (MvO van den Aftreden Gouverneur van Sumatra’s Westkust W.P.C WhitlawApril 1921).       

 

Baca juga : Macan Kemayoran Dihantui Laga Tandang

Berdirinya Sekolah Islam Modernis

Berbeda dengan kelompok Islam modernis yang memaknai dan merespon hadirnya Sekolah Desa dan sekolah lanjutan yang dibangun pemerintah Hindia Belanda. Kelompok Islam modernis merespons dengan gaya moderat, di antaranya: mengintensifkan pengajian, membangun jejaring surau, serta mendirikan lembaga kependidikan dengan sistem kelas (Sufyan, 2022). 

Tercatat dalam lembar sejarah, Syekh Muhammad Djamil Djambek setelah kembali berguru dengan Syekh Achmad Chatib al-Minangkabawi, mendirikan dan membuka tabligh di Surau Tangah Sawah dan Surau Kamang. Syekh Abdullah Ahmad yang pulang dari Mekah tahun 1906, memimpin Surau Jembatan Besi ketika memutuskan hijrah ke Padang, mendirikan HIS Adabiah (1909). 

Syekh Moh. Thaib Umar yang juga pernah belajar di Mekah merintis pengajian di Surau Tanjung Pauh Sungayang, dan membuka Madras School (1909); dan Syekh Ibrahim Musa Parabek yang tercatat tiga kali ke Mekah, mendirikan Muzakaratul Ikhwan, kemudian bergabung dalam Sumatra Thawalib (1920an). 

Pasca Abdullah Ahmad hijrah ke Padang, dan wafatnya Abdul Latif Rasjidi, Haji Abdul Karim Amrullah (ayah HAMKA) didaulat untuk melanjutkan pengajian di Surau Jembatan Besi Padang Panjang (1906), kemudian  bertransformasi menjadi Sumatra Thawalib (1918). 

Murid-murid yang pernah belajar mengaji dengan Haji Rasul itu, juga mengikuti rekam jejaknya. Zainuddin Labay el-Yunussi yang pernah mengajar di Surau Jembatan Besi, kemudian mendirikan Diniyah School (1915). 

Langkah ini, juga diikuti adik kandung dari Labay –yang juga mengaji pada Haji Rasul. Rahmah el-Yunussiah merintis Madrasatu lil Banat (1924)kemudian berubah nama menjadi Diniyah Putri. 

Baca juga : Paula Verhoeven, Dihujat Karena Ngeprank Anak

Syekh Daud Rasjidi –yang intensif mengikuti pengajian ayah kandung HAMKA itu turut mendirikan Diniyah School di ranah kelahirannya di Nagari Balingka. Pun dengan Adam Balaibalai –yang mendirikan Madrasah Irsyadunas (1920).

Pasca kembali dari Tanah Suci, anak Haji Rasul juga didaulat untuk memimpin sekolah kader untuk persyarikatan Muhammadiyah, yang disebut-sebut dalam de Locomotief (2 Februari 1928) dengan nama Tabligh School.  

Bahkan, murid-murid dari Haji Rasul, ada yang berkonfrontasi dengan dirinya. Mereka umumnya bergerak di politik, dan menjadi musuh  pemerintah. 

Haji Ahmad Chatib gelar Datuk Batuah–yang pernah berguru pada Syekh Achmad Khatib al-Minangkabawi, kemudian diangkat Haji Rasul menjadi guru agama di Sumatra Thawalib dan redaktur pembantu di Al-Munir Al-Manar. Pada 1923 ideolog Kuminih itu memimpin Sarekat Rakyat yang berafiliasi ke Komunis, merintis Ra’jat School, serta mendirikan majalah Pemandangan Islam. 

Dua orang murid lainnya, juga mengikuti langkah jejak Datuk Batuah, masing-masing Arif Fadhila (redaktur Djago! Djago! dan pengurus PKI afdeling Padang), dan Djamaluddin Tamim (redaktur Pemandangan Islam) yang merintis PARI dan Moerba bersama Tan Malaka dan Soebakat. (*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.