Dark/Light Mode

Buntut Invasi Rusia Ke Ukraina

CIPS: Pemerintah Kudu Gercep Antisipasi Lonjakan Harga Pupuk Dan Gandum Dalam Negeri

Sabtu, 26 Februari 2022 13:45 WIB
Ilustrasi panen gandum di Distrik Novovodolazhsky, Kharkiv, Ukraina. (Foto: Net)
Ilustrasi panen gandum di Distrik Novovodolazhsky, Kharkiv, Ukraina. (Foto: Net)

RM.id  Rakyat Merdeka - Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mengingatkan pemerintah, untuk segera mengantisipasi kenaikan harga pupuk dan gandum dalam negeri, akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Invasi Rusia ke negara dengan ibukota Kyiv tersebut dikhawatirkan mengganggu ketersediaan beberapa komoditas pangan penting, dan komoditas lain yang harganya fluktuatif di pasar internasional.

“Konflik ini akan berpengaruh besar pada harga pangan di Indonesia. Karena itu, pemerintah harus segera mencari sumber gandum dan pupuk baru secepatnya, untuk membatasi kenaikan harga pangan,” terang Associate Researcher CIPS Krisna Gupta dalam keterangannya, Sabtu (26/2).

Baca juga : Pertamina Pastikan Pasokan BBM Dan LPG Aman

Data dari UN Comtrade menunjukkan, pada tahun 2020, Ukraina memasok sekitar 23,51 persen gandum Indonesia.

Tidak hanya Ukraina, Rusia pun memiliki hubungan perdagangan pangan yang cukup erat dengan Indonesia.

Sebanyak 15,75 persen pupuk impor Indonesia datang dari Rusia. Di samping itu, kedua negara merupakan sumber dari 7,38 persen produk baja impor Indonesia.

Baca juga : Final Liga Champions Dipindah Dari St. Petersburg Ke Paris

Sementara itu, Rusia membeli sekitar 5 persen produk minyak nabati dari Indonesia.

Rusia adalah salah satu eksportir utama minyak bumi, gas alam, dan barang tambang dunia. Sementara Ukraina adalah salah satu eksportir utama gandum.

Di samping itu, sebagai penghasil gas alam dan potash, Rusia juga merupakan produsen pupuk yang cukup besar.

Baca juga : Invasi Rusia Ke Ukraina Ancam Ketahanan Pangan Global

Konflik antara keduanya, terutama setelah sanksi yang diberikan oleh Amerika Serikat ke Rusia, akan mengakibatkan terganggunya suplai bahan makanan dan energi. Hal ini akan memperparah tren inflasi global.

Sebelum perang pecah antara kedua negara, ketahanan pangan global sudah dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti pandemi Covid-19 dan perubahan iklim, yang menyebabkan penurunan jumlah produksi dan ketidakpastian musim tanam.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.