Dark/Light Mode

Sulap Skateboard Rusak Jadi Bingkai Kacamata

Konsumen Backyard Recycled Kebanyakan Dari Luar Negeri

Selasa, 2 Juli 2019 11:51 WIB
Ocky Chopin pendiri Backyard Recycled. (Foto: Dok. @backyardrecycled).
Ocky Chopin pendiri Backyard Recycled. (Foto: Dok. @backyardrecycled).

RM.id  Rakyat Merdeka - Melihat papan skateboard yang sudah rusak dan patah hanya menjadi limbah, batin Ocky Chopin (36) tergugah. Dengan ide kreatifnya, Ocky menyulap skateboard bekas tersebut menjadi kacamata daur ulang yang menembus pasar Amerika Serikat (AS).

Ocky, yang profesinya seorang skater, memiliki cukup banyak papan skateboard yang sudah rusak. Karena tak ingin banyak sampah skate tak terurus, dia memutar otak agar sampah tersebut bisa dimanfaatkan.

Melalui label Backyard Recycled, Ocky kini berhasil mengubah limbah menjadi harta karun. Per bulan, dia bisa menghasilkan omzet sekitar Rp 10 juta, dengan rata-rata penjualan 10-15 pieces kacamata. Harga kacamata milik Ocky ini tergolong cukup lumayan, dia membanderol harga kacamata mulai dari Rp 600-750 ribu.

Konsumen pun bisa memesan lensa sesuai keinginannya. Tentu saja, ada tambahan biaya yang disesuaikan dengan lensa tersebut. “Bila request lensa, harga disesuaikan. Yang pasti harga frame only Rp 600 ribu, lalu ditambah harga lensa. Dan juga di tangkainya bisa dikasih nama si pemesan,” terangnya kepada Rakyat Merdeka.

Untuk memproduksi kacamatanya, dia dibantu satu orang karyawan. Dalam seminggu, bisa menghasilkan sedikitnya tujuh kacamata. Meski permintaan tinggi, Ocky tetap memproduksi kacamata dengan jumlah yang sama guna menjaga kualitas produksinya.

Uniknya, konsumen kacamata Backyarg Recycled ini bukan hanya datang dari masyarakat lokal. Dia kerap mendapat pesanan dari luar negeri seperti Amerika Serikat dan beberapa konsumen dari kawasan Asia.

Baca juga : Saat Arus Mudik, Minat Konsumen Akan BBM Oktan, Tinggi

“Saya juga kaget kok ada pesanan dari sana. Waktu itu mesannya lumayan banyak juga, sekitar 5-10 buah. Tapi saya belum bisa kirim dalam jumlah besar karena terkendala produksi dan marketnya, masih banyak yang harus dipelajari,” tuturnya.

Ocky membangun bisnis memang dimulai dari ketidaksengajaan. Di 2014, ia melihat kacamata kayu yang dijual di sebuah toko, yang juga menjual perlengkapan skateboard (skate shop).

Toko tersebut menjual kacamata impor dengan harga yang relatif tinggi, yakni sampai Rp 1 juta per itemnya. “Nah, tiba-tiba ide pun muncul, mau buat kacamata sendiri, kebetulan di rumah ada beberapa papan skate yang patah dan nggak terpakai lagi,” ujarnya.

Namun membuat kacamata dari kayu tidaklah mudah. Dia mengaku terus-menerus bereksperimen untuk membuat kacamata dari kayu, terutama dari papan skateboard.

Bahkan dia sempat frustrasi dan putus asa, lalu memilih hanya membuat aksesoris seperti kalung dan cincin. “Sempat menyerah karena membuat kacamata yang bagus dari kayu itu sulit. Dan alat-alat yang harus digunakan itu mahal. Akhirnya saya cuma bikin aksesoris, seperti cincin, kalung, dan anting dari limbah papan skateboard,” curhatnya.

Tapi itu tak berlangsung lama. Setelah bisnis aksesorisnya berjalan dan mendapat tambahan modal untuk melanjutkan bisnis kacamata kayu sebesar Rp 1,5 juta, Ocky kembali meluruskan niatnya.

Baca juga : Udara Kotor Jakarta Membahayakan Warga

“Akhirnya hasil uang dari aksesoris cincin, kalung dan anting, saya beliin alat-alat yang mendukung untuk pembuatan kacamata kayu dari limbah papan skateboard,” katanya.

Setidaknya, butuh waktu dua tahun bagi Ocky untuk belajar dan benar-benar memulai membangun Backyard Recycled. Dia benar-benar terjun di bisnis tersebut di 2016.

Baginya, untuk mendapatkan bahan baku berupa papan skateboard rusak, bukan perkara sulit. Ia biasa mendapatkan papan rusak itu dengan barter kacamata, atau mendapat sumbangan dari rekan-rekannya di komunitas skater.

Dia lalu membeberkan proses yang mesti dilewati untuk menghasilkan sebuah kacamata. Dari membuat pola, memotong papan skateboard, untuk kemudian dibentuk menjadi bingkai kacamata dan selanjutnya dihaluskan.

Sebelum dirakit menjadi bingkai kacamata, potongan-potongan itu tidak melalui proses pewarnaan. Karena Ocky justru memanfaatkan warna asli dari papan seluncur tersebut. “Karena papan skate itu terdiri dari 7 layer dan tiap layer pasti beda-beda warnanya, itu yang menandakan tiap brand papan skate,” jelasnya.

Soal pemasaran, Ocky mengaku hanya mengandalkan media sosial Instagram. Calon konsumen yang berniat untuk memesan pun bisa langsung mengirim pesan di akun @backyardrecycled.

Baca juga : Aprobi Siap Kawal B30 Menuju B100

Di kesempatan berbeda, Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Ricky J Pesik mendukung apa yang dilakukan Ocky. Menurutnya, upaya mengoptimalkan nilai tambah karya kreatif memang harus ditempuh secara menyeluruh. “Selain itu juga dapat memperkuat nilai pembeda produk, memperluas pangsa pasar, serta menonjolkan ciri khas yang dimiliki,” katanya.

Bekraf menyebutkan, nilai ekonomi kreatif terhadap produk domestik bruto (PDB) tahun ini ditargetkan Rp 1.105 triliun. Angka itu menunjukkan kenaikan dibandingkan realisasi PDB pada 2016 sebesar Rp 1.009 triliun.

“Kalau (optimalisasi nilai tambah) itu bisa dilakukan pada jutaan pelaku usaha di ekonomi kreatif, bisa terbayang ya peningkatan kontribusinya terhadap ekonomi,” pungkasnya.  [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.