Dark/Light Mode

Anggaran Rp 520 Triliun Habis Untuk Subsidi Energi

Kalau Nggak Direm Bahaya Buat APBN

Minggu, 7 Agustus 2022 07:05 WIB
Ilustrasi APBN. (Foto: Istimewa).
Ilustrasi APBN. (Foto: Istimewa).

 Sebelumnya 
Senada, Direktur Center of Economic and Law Studies (Ce­lios) Bhima Yudhistira menilai, jika APBN terus terbebani subsidi yang sangat besar, sementara harga komoditas ekspor Indonesia mengalami penurunan, akan sangat berbahaya bagi ekonomi nasional.

“Kemampuan APBN mena­han laju harga BBM, semata-mata karena Indonesia mendapat ‘durian runtuh’ dari kenaikan harga komoditas batu bara, hingga minyak sawit yang si­fatnya temporer,” ujar Bhima kepada Rakyat Merdeka.

Kendati begitu, dia mengingatkan risiko terjadinya resesi global dan normalisasi harga komoditas bisa membuat penda­patan negara terkoreksi.

Baca juga : BPK Harap PMN Rp 73 Triliun Bisa Tingkatkan Kinerja BUMN

“Jangan lengah karena ber­harap dari komoditas sama dengan naik roller coaster, naik turun tidak pasti,” tegas Bhima.

Sebelumnya, Presiden Jokowi mengatakan, Pemerintah sudah menggelontorkan Rp 520 triliun tahun ini untuk subsidi energi, di tengah melambungnya harga komoditas di tingkat interna­sional.

“Negara mana pun tidak akan kuat menyangga subsidi sebesar itu. Tapi Alhamdulillah sampai saat ini kita masih kuat. Ini yang perlu kita syukuri,” kata Jokowi dalam acara doa dan zikir kebang­saan dalam rangka peringatan HUT ke-77 RI di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (1/8) malam.

Baca juga : Pemilu Berat Di Ongkos, Duitnya Ada Nggak

Diterangkan Jokowi, subsidi tersebut ditujukan untuk beber­apa jenis barang. Yaitu, BBM jenis Solar, dan Pertalite.

Subsidi BBM yang begitu besar ini tak lepas dari kondisi dunia yang mengalami gejolak. Mulai dari pandemi Covid-19 selama sekitar 2,5 tahun yang berdampak terhadap pelemahan ekonomi dunia.

Dan yang terbaru, perang antara Ukraina dengan Rusia yang terjadi di saat perekonomi­an negara-negara di dunia belum pulih 100 persen pascapandemi Covid-19.

Baca juga : Erick: Ini Bukti Negara Hadir, Pemerintah Nggak Mau Nambah Beban Rakyat

“Semua negara berada dalam po­sisi yang sangat sulit. Tapi kita patut bersyukur. Alhamdulilah, bensin di negara lain harganya sudah Rp 31.000, Rp 32.000. Di Indonesia, Pertalite harganya masih Rp 7.650,” jelas Jokowi.  [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.