Dark/Light Mode

Arsjad: Harga BBM Naik, Inflasi Kudu Dikendalikan

Masyarakat Miskin Dan Rentan Butuh Bantuan

Selasa, 13 September 2022 06:20 WIB
Ketua Umum Kadin, Arsjad Rasjid. (Foto: Istimewa)
Ketua Umum Kadin, Arsjad Rasjid. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah harus segera mengambil langkah strategis dan memitigasi terjadinya inflasi, imbas dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Masyarakat miskin dan rentan juga perlu mendapat bantuan yang tepat sasaran.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, mitigasi terkait inflasi ini penting, mengingat kenaikan harga BBM bersubsidi ikut melambungkan inflasi yang diprediksi mencapai 7,5 persen akhir tahun ini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dampak kenaikan harga BBM pada 2005 mendorong inflasi mencapai 17 persen. Sedangkan saat kenaikan harga BBM pada 2013, besaran inflasi 8,38 persen dan pada 2014 sebesar 8,36 persen.

Baca juga : Kapolri Minta Polwan Raih Lagi Kepercayaan Masyarakat Lewat Pendekatan Humanis

“Persoalan saat ini, sekitar 70 persen subsidi BBM dinikmati oleh orang mampu, atau tidak tepat sasaran. Tujuan utama alokasi subsidi untuk menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat pada golongan pra-sejahtera,” jelas Arsjad dalam keterangan resminya, kemarin.

Dalam kondisi saat ini, sambung Arsjad, masyarakat miskin dan rentan memerlukan bantuan yang lebih tepat.

Dia pun menilai langkah Pemerintah mengalokasi 25 persen dana APBN yang tadinya habis untuk subsidi, digunakan untuk bantuan sosial (bansos) berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT), sudah tepat.

Baca juga : Hari Pelanggan Nasional, Garudafood Kenalkan Varian Baru Langsung Ke Pelanggan

Selain itu, dana subsidi BBM akan berdampak besar bagi masa depan jika dialokasikan untuk membangun 200 ribu Sekolah Dasar (SD), 40 ribu Puskesmas dan 3 ribu Rumah Sakit di daerah terluar, terdepan dan tertinggal (3T).

“Kami apresiasi Pemerintah yang menggelontorkan BLT untuk keluarga pra-sejahtera, kelompok rentan seperti nelayan dan petani serta masyarakat miskin. Serta BSU (Bantuan Subsidi Upah) bagi karyawan, untuk menjaga daya beli mereka dengan alokasi anggaran Rp 24,17 triliun tahun ini,” ucap Arsjad.

Dari sudut dunia usaha, Arsjad mengakui, kenaikan harga BBM akan menimbulkan kenaikan harga di beberapa sektor, terutama transportasi dan logistik.

Baca juga : Harga BBM Naik, Artha Graha Peduli Bagikan BLT Dan Sembako

Akibat biaya logistik yang naik, harga barang dan jasa akan terkerek. Khususnya di sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang ketergantungan akan BBM cukup tinggi.

Dengan kontribusi BBM terhadap inflasi sebesar 4 persen pada Juli 2022, maka akan ada penyesuaian kenaikan harga produk sekitar 12-13 persen dari harga semula.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.