Dark/Light Mode

1.500 Gerai Gulung Tikar Selama Pandemi

Bos Kadin: Ritel Membaik Meski Banyak Tantangan

Sabtu, 15 Oktober 2022 06:20 WIB
Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid. (Foto: Tangkapan Layar YouTube Kadin Indonesia)
Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid. (Foto: Tangkapan Layar YouTube Kadin Indonesia)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mencatat perkembangan industri ritel pada tahun 2022 perlahan mulai tumbuh. Pasalnya, selama pandemi, sejak Maret 2020-Maret 2021, lebih dari 1.500 gerai ritel gulung tikar.

Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, pan­demi Covid-19 sangat memukul mayoritas sektor perekenomian, tak terkecuali sektor ritel.

Namun, pada Juni 2022 kinerja sektor ritel membaik, ditunjuk­kan oleh laporan Bank Indonesia mengenai Indeks Penjual Riil (IPR) Agustus 2022 mencapai 200,28. Meningkat 5,4 persen (year on year/yoy). Sedangkan IPR Juli 2022 mencapai 200,49 atau meningkat 4,7 persen yoy.

Baca juga : Relawan Puan Gelar Senam Dan Bagikan Ratusan Sembako Di Kota BatikĀ 

“Berdasarkan survei kinerja penjualan eceran, pada Juli 2022 tumbuh mencapai 6,20. Angka ini meningkat dalam perdagan­gan ritel sejak April, yang didor­ong tingkat konsumsi. Terutama belanja kendaraan bermotor 67 persen dan kelompok sandang 59 persen,” ujar Arsjad dalam dikusi bertajuk ‘The Rise of The Retail Industry Towards 2023’, kemarin.

Arsjad menilai, dalam aktivi­tas sektor ritel di Indonesia, ritel tradisional seperti kios, toko klontong dan UMKM adalah jenis ritel yang paling men­dominasi dengan 3,5 juta gerai di Indonesia pada 2021.

Namun, angka ini berkurang 1 juta gerai dibanding 2017 yang jumlahnya 4,5 juta gerai.

Baca juga : Anies Dan AHY Masih Banyak Rintangan

“Hal ini dikarenakan ritel tradisional paling rentan selama pandemi,” katanya.

Saat ini, lanjut Arsjad, walau­pun pandemi hampir berakhir, tapi sektor ritel masih dihadapi berba­gai tantangan untuk menguat.

Pertama, tantangan logis­tik. Mulai dari karakteristik geografis Indonesia yang me­nyebabkan rantai pasok barang memakan waktu rata-rata 3 hari, sementara negara-negara lain hanya 3 jam.

Baca juga : Soal Status Pandemi, Jokowi Minta Menkes Nanya Ke WHO

“Bisnis masih terfragmentasi, lebih dari 80 persen, masih tra­disional. Bea masuk berbelit-belit untuk ekspor impor barang yang menyebabkan keterlambatan,” ungkap Bos Indika Energy ini.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.