Dark/Light Mode

Tidak Bisa Jadi Penyelenggara Umrah

Traveloka dan Tokopedia Gigit Jari

Sabtu, 27 Juli 2019 06:28 WIB
Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara. (Foto : istimewa)
Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara. (Foto : istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Traveloka dan Tokopedia terpaksa gigit jari. Niat dua raksasa startup ini untuk menjadi penyelenggara umroh dipastikan tak bisa terwujud. Mereka hanya diizinkan mengembangkan proses bisnis dari agen travel umroh ke dalam bentuk digital.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara menegaskan, Traveloka dan Tokopedia tidak dirancang untuk menjadi penyelenggara umroh. “Mereka tak akan menjadi agen travel umroh online,” ujarnya, kemarin.

Ia memastikan, kedua unicorn tersebut tak akan membunuh agen travel umroh konvensional yang termasuk dalam Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umroh (PPIU). “Ini seharusnya kekhawatirannya (agen travel umroh konvensional) jadi hilang. Kan bukan PPIU, kalau dia PPIU baru artinya bisa mematikan. Nanti ada istilahnya menjadi duopoli atau apa. Ini kan tidak akan menjadi PPIU,” tegas Rudiantara.

Ia menjelaskan, kedua startup raksasa tersebut nantinya hanya mengembangkan proses bisnis dari agen travel umroh ke dalam bentuk digital. Salah satunya mempermudah proses perizinan atau akses ketika melakukan perjalanan ke dan di Saudi Arabia.

Baca juga : Umroh Wajib Lewat PPIU, Tak Bisa Dari Traveloka & Tokopedia 

“Mereka menyiapkan proses bisnis dan nanti proses bisnisnya dalam bentuk digital. Dan ini bukan hanya Indonesia. Karena yang mengatur umroh siapa kewenangannya? Saudi. Kita tidak bisa pergi umroh kalau visa tidak keluar kan? Yang urusin visa siapa? Saudi. Ini ya semuanya (mempermudah perizinan dan perjalanan),” jelas Rudiantara.

Selain itu, kedua startup tersebut akan bekerja sama dengan Wadi Makkah Company untuk memberdayakan UKM maupun startup di Arab Saudi. Rudiantara menambahkan rencana Traveloka dan Tokopedia menggarap bisnis umroh ini akan dibahas dalam sembilan bulan mendatang.

Ia juga mendorong startup lain untuk mengikuti jejak Traveloka dan Tokopedia terjun ke bisnis umroh. “Justru ini kita punya waktu sembilan bulan ke depan untuk sama-sama prosesnya seperti apa. Dan itu siapa pun boleh, saya juga dorong yang bukan Traveloka dan Tokopedia,” tuturnya.

Selain itu, rencananya kerja sama bisnis umroh ini akan berlanjut ke pengembangan aplikasi dan investasi. “Rencananya mudah-mudahan jadinya itu dua layer. Satu layernya itu pengembang aplikasi, satu lagi layernya yang investasi atas pengembangan ini. Nah kalau yang investasi bahkan saya tidak hanya bicara dengan unicorn lainnya, dengan yang non-unicorn digital, non-digital platform juga sudah bicara,” terang Rudiantara.

Baca juga : Traveloka Curi Momentum Tren Terbang Jarak Jauh

Wakil Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Haji dan Umroh Indonesia (Asphurindo) Hafidz Taftazani mengatakan, pihaknya akan tetap menolak walaupun Traveloka dan Tokopedia nantinya hanya akan mengembangkan proses bisnis dari agen travel umroh ke dalam bentuk digital.

“Meskipun Tokopedia dan Traveloka tidak menjadi PPIU tetapi menjadi tempat untuk memudahkan bisnis umroh digital atau dengan kata lain sebagai tempat para biro umroh ini menjual paket atau tiketnya juga akan berdampak pada bisnis kami, kami menolak karena akan ada monopoli nantinya,” ucapnya.

Pihaknya tak ingin kondisi PPIU berakhir seperti agen perjalanan wisata konvensional yang banyak gulung tikar akibat kalah saing dengan agen online atau OTA yang juga menjual tiket perjalanan wisata, pesawat dan hotel.

“Kami tidak ingin seperti itu karena akan mematikan usaha perjalanan haji dan umroh. Dengan hadirnya layanan umroh melalui unicorn dalam penyelenggaraan umroh, tidak ada lagi masyarakat yang mendaftar umroh melalui biro perjalanan umroh,” tuturnya.

Baca juga : Bagaimana Bisa Lepas dari Cengkeraman Mafia Bola?

Ia mengungkapkan, saat ini ada sebanyak 1.015 biro perjalanan umroh yang terdaftar dalam PPIU yang tentu sudah bekerja sama dengan kementerian di Arab Saudi. Direktur Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umroh Republik Indonesia (Amphuri) Ali Basuki Rochmad mengkhawatirkan, pelaku penyelenggaraan perjalanan umroh akan mengalami kerugian berupa penurunan calon jemaah setiap tahunnya sebesar 20 persen.

Serta banyak anggota yang akan gulung tikar jika marketplace masuk bisnis umroh. “Meski hanya sebagai tempat penjualan tiket atau paket yang ada di kami, tentu akan berdampak besar pada bisnis kami,” ujarnya.

Selama ini, anggota Amphuri juga memiliki platform daring untuk penjualan tiket dan paketnya masing-masing. Kendati demikian, tak semua jemaah memesan paketnya secara online karena masih merasa nyaman dengan pola pemasaran konvensional atau tatap muka. [ASI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.