Dark/Light Mode

Triwulan II, Sektor Industri Masih Jadi Penyumbang Terbesar PDB

Rabu, 7 Agustus 2019 13:26 WIB
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. (Foto: Ist)
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sektor industri masih memberikan kontribusi paling besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional pada triwulan II-2019 sebesar 19,52 persen (yoy). Sepanjang paruh kedua ini, pertumbuhan ekonomi mencatatkan di angka 5,05 persen.

"Kinerja industri manufaktur kita masih tumbuh positif. Semangat dan kepercayaan diri dari pelaku usaha untuk investasi dan ekspansi juga masih tinggi," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu (7/8).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan merupakan sumber pertumbuhan tertinggi pada perekonomian nasional di triwulan II-2019 sebesar 0,74 persen. Sektor lainnya yang turut berkontribusi, di antaranya pertanian 0,71 persen, perdagangan 0,61 persen, dan konstruksi 0,55 persen.

Baca juga : Sikap Istikamah Berpolitik Mbah Moen Jadi Teladan Kader PPP

Adapun tiga sektor yang menopang pertumbuhan industri pengolahan nonmigas pada kuartal dua tahun ini, yaitu industri tekstil dan pakaian jadi yang tumbuh melejit hingga 20,71 persen, kemudian disusul industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman yang tumbuh mencapai 12,49 persen.

Selanjutnya, industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 7,99 persen. Kinerja sektor-sektor manufaktur tersebut mampu melampaui pertumbuhan ekonomi di periode yang sama. Secara keseluruhan, pada triwulan II-2019, industri pengolahan nonmigas tumbuh 3,98 persen (yoy).

Industri tekstil dan pakaian jadi tumbuh signfikan dengan didukung peningkatan produksi di beberapa sentra. Sementara itu, pertumbuhan industri makanan dan minuman dipengaruhi oleh peningkatan permintaan domestik dan ekspor.

Baca juga : Fernandes Jadi Rebutan Spurs dan MU

Menperin menegaskan, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional semakin kompetitif di kancah global karena telah memiliki daya saing tinggi. Hal ini lantaran struktur industrinya sudah terintegrasi dari hulu sampai hilir dan produknya juga dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional.

"Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri TPT merupakan satu dari lima sektor manufaktur yang sedang diprioritaskan pengembangannya sebagai sektor pionir dalam penerapan industri 4.0," jelasnya. Aspirasi besar yang akan diwujudkan Indonesia adalah menjadikan industri TPT nasional masuk jajaran lima besar perusahaan kelas dunia pada 2030.

Kementerian Perindustrian mencatat kinerja ekspor industri TPT nasional dalam kurun tiga tahun terakhir terus menanjak. Pada tahun 2016, berada di angka 11,87 miliar dolar AS kemudian di 2017 menyentuh 12,59 miliar dolar AS dengan surplus 5 miliar dolar AS. Tren ini berlanjut sampai dengan 2018 dengan nilai ekspor 13,27 miliar dolar AS.

Baca juga : Kantor Wapres: Kurangnya Informasi Jadi Penyebab Stunting

Di sektor industri makanan dan minuman, Indonesia memiliki potensi pertumbuhan signfikan karena didukung sumber daya alam melimpah dan permintaan domestik yang besar. Oleh karenanya, sejumlah produsen masih percaya diri dan optimistis untuk meningkatkan investasi dan berekspansi guna memenuhi permintaan pasar, baik di domestik maupun ekspor.

Sektor industri makanan memberikan sumbangsih signfikan terhadap peningkatan nilai investasi sebesar 323 juta dolar AS (PMA) dan Rp 12,3 triliun (PMDN) pada paruh kedua tahun ini. Total penyerapan tenaga kerja industri makanan dan minuman mencapai 1,2 juta orang. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.