Dark/Light Mode

Tenang, Meski Marak Serangan Siber, Dana Nasabah Tetap Aman

Selasa, 16 Mei 2023 16:05 WIB
Ilustrasi layanan ATM BSI (Foto: Istimewa)
Ilustrasi layanan ATM BSI (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Serangan siber kembali mengemuka di Indonesia. Sejumlah perusahaan, termasuk perbankan terkena gangguan akibat serangan tersebut. Yang terbaru adalah serangan siber ke Bank Syariah Indonesia (BSI).

Chairman Indonesia Cyber Security Forum, Ardi Sutedja mengatakan, serangan siber tidak dapat dielakkan dan bakal kerap terjadi di era digital.

Tahun lalu, aksi peretasan dan penyusupan ke sistem IT juga menyerang Bank Indonesia, Pertamina hingga Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Ardi menyebut, kejahatan dunia maya ini bukanlah hal baru, telah terjadi sejak awal tahun 2000-an. Kini, intensitasnya semakin meningkat, seiring makin pesatnya pertumbuhan penggunaan sistem TI pada proses kerja dan bisnis, baik di swasta maupun pemerintahan.

Baca juga : Data Penduduk Aman Kan?

"Serangan siber umum terjadi, bukan hanya di Indonesia. Di negara lain, juga kerap terjadi. Intensitasnya pun cukup tinggi," kata Ardi dalam keterangannya, Selasa (16/5).

Ardi membeberkan, insiden serangan ransomware seperti yang dialami bank syariah, bukan pertama kali terjadi.

Tahun 2017, ransomware WannaCry menyerang sebuah lembaga layanan kesehatan. Artinya, serangan siber bisa terjadi setiap saat menimpa lembaga dan perusahaan apa pun.

Karena itu, dalam menyikapi ancaman yang kerap terjadi, Ardi menilai masyarakat tak perlu panik berlebihan. Mengingat sudah ada protap di industri, dalam mengatasi serangan yang terjadi.

Baca juga : Mahfud: Tiap Tanggal 13 Mei, Saya Selalu Ingat Syair Abu Nawas

"Justru dengan adanya serangan siber, perusahaan yang jadi korban, akan semakin meningkatkan keamanan sistem IT. Ujung-ujungnya, berdampak positif pada keamanan dan kenyamanan konsumen atau nasabah," jelas Ardi.

Terkait insiden Informasi Teknologi (IT) yang dialami Bank Syariah Indonesia, Ardi menyebutkan insiden tersebut tengah ditangani tim berpengalaman.

"Sebenarnya, sejak tim restorasi sudah masuk ke BSI dan OJK juga sudah mengawasi. Karena itu, nasabah tidak perlu khawatir lagi terhadap dana simpanannya," papar Ardi.

Menurutnya, proses assesment dan forensik digital gangguan IT memakan waktu cukup panjang. Tidak bisa cepat. Karena butuh kehati-hatian, melihat apa saja yang terdampak.

Baca juga : Dirut BSI Janji Jaga Data Dan Dana Nasabah

Untuk itu, masyarakat perlu bersabar, mengingat proses restorasi memerlukan penilaian menyeluruh yang memakan waktu.

"Saya yakin, ini sudah ditangani oleh tim yang sangat berpengalaman. Masyarakat harus bersabar," ujar Ardi. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.