Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Ketua MUI Baros Beri Pesan Sejuk Di Sosialisasi PNM Mekaar
- Dipolisikan Nurul Ghufron, Ketua Dewas: Kami Sama Sekali Nggak Takut!
- KPK Lelang 2 Mobil Jeep Cherokee Milik Eks Walkot Bekasi Rahmat Effendi
- Gempa Terkini Magnitudo 5,3 Guncang Papua, Getaran Terasa Hingga Mamberamo Raya
- TPPU SYL, KPK Sita Mobil Mercy Sprinter Dan New Jimny
Peneliti: Transformasi Sistem Pertanian Bantu Capai Ketahanan Pangan
Selasa, 20 Juni 2023 22:59 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Pertanian, sebagai sumber pangan utama, memiliki kontribusi besar terhadap pemanasan global. Tapi di saat bersamaan, pertanian juga sangat rentan terdampak bencana iklim, karenanya perlu adanya transformasi sistem pangan Indonesia ke arah yang lebih berkelanjutan untuk memastikan terjaganya ketahanan pangan nasional.
“Pertanian berkontribusi pada krisis iklim. Sebaliknya, pertanian juga sangat terdampak dari krisis iklim, karena meningkatnya cuaca ekstrim, kemarau berkepanjangan, dan degradasi lahan juga mempengaruhi produksi. Oleh karena itu, perlu ada transformasi sistem pangan untuk memastikan ketahanan pangan di tengah ancaman krisis iklim,” demikian ucap Board Member Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Risti Permani.
Risti melanjutkan, ada empat faktor yang mendukung transformasi tersebut, seperti konsumsi yang bertanggung jawab, inovasi, gerakan menurunkan emisi karbon dan kebijakan yang mendukung.
Baca juga : Kembalikan Lahan Tambang!
Tantangan atas keterjangkauan masyarakat kepada pangan semakin bertambah, seperti semakin terasanya dampak perubahan iklim pada proses bertani dan konflik internasional pada ketersediaan pupuk dan komoditas pangan.
Isu keterjangkauan masih sering luput dari perhatian saat kita membicarakan soal pangan. Diskusi masih didominasi soal produksi.
Tapi di sisi lain, masyarakat masih menghadapi fluktuasi harga pangan fluktuatif dan hal ini sangat berdampak bagi mereka yang berpenghasilan rendah.
Baca juga : Penting Anda Tahu, 5 Makanan Ini Bisa Bantu Turunkan Tekanan Darah
Tingginya harga pangan Indonesia sangat merugikan masyarakat, lanjut Risti, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Mereka bisa menghabiskan 50 persen hingga 70 persen dari pengeluarannya hanya untuk membeli makanan.
Di satu sisi, besarnya proporsi pengeluaran untuk makanan membuat masyarakat sangat rentan terhadap lonjakan harga komoditas pangan sehingga mempengaruhi pola konsumsi.
Di sisi lain, naiknya minat konsumen terhadap produk pangan ramah lingkungan dapat memberikan peluang bagi industri pengolah dan pemasaran untuk bertransformasi.
Baca juga : Menperin Targetkan Kontribusi Industri Ke PDB Capai 20 Persen
Risti menjelaskan, salah satu studi internasional menyimpulkan, konsumen mau membayar hingga 30 persen harga premium untuk produk dengan atribut ramah lingkungan seperti sertifikat organik.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya