Dark/Light Mode

Cadangan Berlimpah

Indonesia Harus Bisa Olah Batubara Jadi Energi Bersih

Sabtu, 16 Maret 2024 12:20 WIB
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengolahan Mineral dan Batubara Prof Irwandy Arif (kedua kanan), Ketua Indonesia Mining Association (IMA) Rachmat Makkasau (kedua kiri), Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro (kiri) dan Deputy Managing Editor Investor Daily Euis Rita Hartarti pada seminar “Energy for Prosperity;  The Economic Growth Impact of Coal Mining” di Jakarta, Kamis (14/3/2024).
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengolahan Mineral dan Batubara Prof Irwandy Arif (kedua kanan), Ketua Indonesia Mining Association (IMA) Rachmat Makkasau (kedua kiri), Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro (kiri) dan Deputy Managing Editor Investor Daily Euis Rita Hartarti pada seminar “Energy for Prosperity; The Economic Growth Impact of Coal Mining” di Jakarta, Kamis (14/3/2024).

RM.id  Rakyat Merdeka - Cadangan batubara nasional yang mencapai 35 miliar ton dan sumber daya sebesar 134 miliar ton, diperkirakan bisa digunakan hingga 500 tahun ke depan jika digunakan sendiri dengan cara yang benar.

Bahkan jika sebagian diekspor, batubara nasional bisa dimanfaatkan hingga 200 tahun mendatang.

Hal ini disampaikan Ketua Umum Indonesia Mining Association (IMA) Rachmat Makkasau, pada Seminar Energy for Prosperity : The Economic Growth Impacts of Coal Mining yang diselenggarakan Energy and Mining Editor Society (E2S) di Jakarta, Kamis (14/3).

Rachmat mengatakan, Indonesia dianugerahi cadangan dan sumberdaya batubara yang masih bisa dimanfaatkan untuk 200-500 tahun mendatang.

“Untuk itu kita harus mencari cara ‘Clean Coal Process’, sambil tetap menerapkan EBT (Energi Baru Terbarukan). Kalau Clean Coal Process dilakukan dan emisi bisa ditekan, bahkan ditiadakan maka tidak ada masalah kan?” ujar Rachmat.

Rachmat mengatakan sampai saat ini batubara merupakan energi paling murah dibandingkan yang lain.

Baca juga : Simak, Ini 3 Tips Memilih Baju Lebaran Untuk Pria Versi LGS

Apalagi berbagai cara sudah dilakukan industri batubara untuk mengurangi emisi.

Dia pun membayangkan suatu saat target Net Zero Emissions (NZE) sampai 2060, industri mulai pasang CCUS (Carbon Capture, Utilization, and Storage), penangkapan sulfur karbon, NOX dan lain-lain.

Kata dia, tidak akan ada lagi masalah dengan batubara.

“Kita juga membayangkan yang terjadi dengan Indonesia kalau 50 tahun lalu semua PLTU di Indonesia tidak ada emisinya. Semua yang keluar dari PLTU, karbon ditangkap sulfur NOX, mungkin tidak ada masalah dengan batubara,” ungkap Rachmat.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Prof Irwandy Arif, mengatakan kekayaan mineral dan batubara nasional mencapai 4 triliun dolar AS yang dua sepertiganya berasal dari batubara.

“Jadi peranan batubara itu sebenarnya besar kepada penghasilan yang kita dapat,” kata dia.

Baca juga : PT Suri Motor Indonesia Terpilih Jadi Mercedes Benz Dealer of The Year 2023

Menurut Irwandy, industri batubara memang dibayangi transisi energi, sehingga banyak yang berpikiran peran batubara akan mengalami penurunan.

Padahal, hampir seluruh pembangkit listrik di Jawa berasal dari energi batubara.

"Seiring kehadiran EBT, maka keberlangsungan batubara dipertanyakan. Kalau skenario biasa sampai 2060 produksi batubara masih mencapai 720 juta ton. Hal ini tergantung pada perkembangan dari EBT," katanya.

Irwandy mengatakan, saat ini Pemerintah melalui DEN (Dewan Energi Nasional) sudah menurunkan target bauran EBT pada 2025 sebesar tadinya 23 persen, sekarang menjadi 17 persen karena realisasinya baru sekitar 13 persen.

“Jadi ini adalah business as usual. Kemudian ada skenario berikutnya NZE, ternyata produksi batubara 2060 masih 327 juta ton. Jadi seberapa lama batubara ini? Dalam buku saya mengatakan kurang lebih 40 tahun masih hidup,” katanya.

Irwandy mengatakan, tantangan batubara adalah bagaimana mengurangi emisi CO2.

Baca juga : Putusan PTUN Bisa Jadi Preseden Buruk

Intinya menjaga lingkungan dengan strategi optimasi penggunaan batubara dan mencegah emisi CO2, maka munculah konsep carbon pricing trading, reklamasi dan sebagainya.

Dikatakan, batubara harus menerapkan Clean Coal Technologi. Sudah ada 13 PLTU menerapkan teknologi USC (Ultra Super Critical) dan IGCC (Integrated Gasification Combined Cycle).

"Ini hal positif karena teknologinya mahal sekali,” kata Irwandy.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan ada peran penting batubara pada sejarah peradaban dunia, revolusi Inggris (US) dan Amerika Serikat.

Ada temuan menarik Eropa dan US kalah dagang dengan China dan India dalam 15 tahun terakhir. Kalau dilihat lebih dalam lagi kata dia, bauran energi kedua negara ini, batubara India 70 persen dan China 60-65 persen.

“Artinya, jangan-jangan transisi energi ini tidak pure soal lingkungan, tapi ada geopolitik. Eropa tidak memiliki cadangan batubara,” kata Komaidi.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.