Dark/Light Mode

Tumbuh 10,7 Persen

Top, Penyaluran KPR BTN Capai 292,7 Triliun

Sabtu, 27 April 2024 07:05 WIB
Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) Nixon L.P. Napitupulu (kedua kiri), berbincang dengan Wakil Direktur Utama Oni Febriarto Rahardjo (tengah), Direktur Consumer Hirwandi Gafar (kedua kanan), Direktur Finance Nofry Rony Poetra (kiri) dan Direktur Distribution & Institutional Funding Jasmin, di sela Paparan Kinerja Keuangan BTN Kuartal I-2024 di Jakarta, Kamis (25/4/2024). Foto: AMA/RAKYAT MERDEKA/RM.ID
Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) Nixon L.P. Napitupulu (kedua kiri), berbincang dengan Wakil Direktur Utama Oni Febriarto Rahardjo (tengah), Direktur Consumer Hirwandi Gafar (kedua kanan), Direktur Finance Nofry Rony Poetra (kiri) dan Direktur Distribution & Institutional Funding Jasmin, di sela Paparan Kinerja Keuangan BTN Kuartal I-2024 di Jakarta, Kamis (25/4/2024). Foto: AMA/RAKYAT MERDEKA/RM.ID

RM.id  Rakyat Merdeka - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN berhasil menyalurkan kredit dan pembiayaan rumah mencapai Rp 292,7 triliun pada kuartal I-2024. Jumlah itu tumbuh 10,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 264,5 triliun.

Pertumbuhan kredit BTN tersebut menyumbang porsi mayoritas sekitar 85 persen dari seluruh kredit dan pembiayaan yang disalurkan perseroan. Meski begitu, tahun ini pertum­buhan kredit bakal menghadapi sejumlah tantangan.

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menuturkan, pada tiga bulan pertama tahun 2024, BTN mampu mencetak pertum­buhan kredit dan pembiayaan yang membantu menggerakkan sektor perumahan nasional.

Hal tersebut, papar Nixon, tidak terlepas dari upaya perse­roan menurunkan angka back­log (kekurangan) perumahan dan menyediakan rumah yang layak bagi seluruh masyarakat Indonesia.

“Kami berharap dapat terus menjaga momentum ini, agar dapat memberikan nilai tambah bagi para stakeholders,” ujar Nixon dalam konferensi pers paparan kinerja kuartal I-2024 di Jakarta, Kamis sore (25/4/2024).

Baca juga : Menlu Singapura Sowan Ke Jokowi

Dari jumlah tersebut, penyaluran KPR (Kredit Pemilikan Rumah) Subsidi masih menjadi yang terbesar, yakni mencapai Rp 167 triliun, atau naik 12,3 persen. Sedangkan KPR Non-Subsidi naik 11,2 menjadi sebe­sar Rp 98,8 triliun dari Rp 88,8 triliun di kuartal I-2023.

“Strategi kami membidik lebih banyak penyaluran KPR Non-Subsidi ke segmen menengah ke atas sudah mulai menunjukkan hasil,” tuturnya.

Untuk KPR dengan ticket size di atas Rp 750 juta, pertumbuhannya mencapai 176,6 persen yoy (year on year) pada kuartal I-2024, dengan total penyaluran mencapai Rp 1,05 triliun. Jumlah itu meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 380 miliar.

Nixon mengungkapkan, pertumbuhan kredit di tahun ini pun tidak mudah. Sebab, memanasnya suhu geopolitik di Timur Tengah (Timteng) akan memberikan dampak kepada dunia, termasuk Indonesia.

Kondisi geopolitik itu mem­berikan impact naiknya dolar Amerika Serikat (AS) sehingga pasokan, terutama pangan terganggu dan mahal. Akibatnya, inflasi dan nilai tukar rupiah menjadi tidak stabil. Bahkan Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,25 persen atau naik 25 bps pada April 2024 untuk menjaga stabilitas rupiah dan inflasi.

Baca juga : 113 Ribu Warga Urus Surat Pindah Domisili

Dalam menghadapi situasi tersebut, lanjutnya, BTN beren­cana menurunkan target pertum­buhan kredit tahun ini, dari yang semula dipatok di angka 13 sampai 14 persen.

“BTN memutuskan target pertumbuhan kredit keseluruhan tahun ini hanya 10-11 persen, mengingat adanya kondisi mak­ro geopolitik,” ujarnya Nixon.

Jika sebelumnya tantangan­nya adalah Covid-19, kini muncul masalah perang. Dite­gaskannya, mayoritas gang­guannya datang dari luar negeri. Sementara di dalam negeri, no issue alias tidak ada gangguan yang signifikan. Selama ini, In­donesia masih dihadapkan oleh masalah rantai pasok.

Nixon mengungkapkan, kekha­watiran lain juga muncul dengan naiknya suku bunga acuan dan menguatnya dolar AS bakal men­dongkrak suku bunga KPR dan harga properti. Lagi-lagi Nixon meyakinkan, dampak terhadap bisnis BTN pasti ada, namun hal itu dipastikan bakal diantisipasi dengan berbagai strategi.

“Selama ini BTN fokus pada rumah sederhana dan subsidi di bawah Rp 1 miliar. Maka, harga rumah sekitar Rp 300 sampai Rp 400 juta tidak mungkin pakai panel elektronik mahal, kami pastikan semua dari dalam negeri. Dampak inflasi ada, tetapi kecil,” ungkapnya.

Baca juga : Panggung Olimpiade Sudah Di Depan Mata

Terpisah, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan, kenaikan suku bunga acuan yang diikuti kenaikan suku bunga kredit bakal menurunkan daya beli masyarakat.

Bahkan dari perhitungan IPW, setiap kenaikan 1 persen suku bunga KPR akan menurunkan permintaan pasar 4-5 persen. Pasar perumahan akan tertahan, terutama di segmen menengah ke bawah.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.