Dark/Light Mode

Rute Pesawat Tujuan China Ditutup

Menteri Wisnu: Devisa Melayang Rp 54,8 Triliun

Kamis, 6 Februari 2020 08:13 WIB
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio

RM.id  Rakyat Merdeka - Sektor pariwisata dan farmasi terkena dampak paling besar akibat wabah virus corona dari China.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan, Indonesia berpotensi kehilangan devisa 4 miliar dolar AS atau setara Rp 54,8 triliun jika rute penerbangan China, ditutup selama setahun.

Nilai tersebut didapatkan dari jumlah wisatawan asal China yang mencapai 2 juta orang dalam setahun.

Wishnutama menyebut, ratarata pengeluaran per kunjungan (Average Spending per Prrival/ ASPA) dari wisatawan asal China mencapai 1.400 dolar AS.

Total kerugian tersebut juga ditambah dampak dari penundaan wisatawan negara lain ke Indonesia karena khawatir tertular virus corona.

“Hampir 4 miliar dolar AS dari (virus corona) China saja,” ungkapnya.

Baca juga : AP II Sukses Bukukan Pendapatan Rp 9,53 Triliun

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, wabah virus corona mengganggu pasokan bahan baku obat dari China ke dalam negeri.

Hal ini terjadi karena pemerintah Negeri Panda memperpanjang libur tahun baru Imlek hingga pertengahan Februari 2020 sehingga mengganggu proses produksi.

“Kami masih monitor perkembangan berikutnya karena value chain akan terganggu dan mereka menyetop produksi sementara,” kata Airlangga, kemain.

Senada dengan Wishnutama, Airlangga yakin, yang paling terpukul akibat wabah virus corona adalah sektor pariwisata. Karena, turis asal China yang masuk ke Indonesia bisa mencapai 2 juta orang per tahun.

“Adanya travel warning, menyetop turis dari China, maka akan ada dampaknya,” ujarnya.

Sektor lainnya yang berpotensi terganggu, yaitu otomotif karena ini merupakan sektor unggulan di Wuhan.

Baca juga : Dikebut 3 Bulan, Menteri ESDM Tinjau Proyek Kilang RU V Balikpapan

Namun, Airlangga menilai, wabah virus ini tidak akan banyak mengganggu sektor otomotif karena basis otomotif Indonesia bukan berasal dari China.

Selain itu, Airlangga juga menilai, virus corona berdampak negatif pada indeks pasar saham di dalam negeri.

Hal itu terlilhat dari catatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan sesi pertama hari ini terkoreksi 5,58 persen menjadi di level 5.948,15.

Namun, dia yakin, dampaknya tidak akan selama seperti penyebaran virus SARS. Selain itu, pasar modal dalam negeri saat ini memang dalam tren bearish atau turun.

“Semoga melihat ke dalam perspektif SARS, itu tidak akan lama. SARS sekitar 8 bulan, semoga yang ini kurang dari itu,” harap Ketua Umum Partai Golkar itu.

Dia menilai, dengan dampakdampak tersebut, akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dalam negeri pada tahun ini.

Baca juga : Joss, Pengusaha RI dan Italia Teken Kontrak Dagang Rp 847,65 Miliar

“Pertumbuhan ekonomi China diprediksi melambat 1-2 persen, ke Indonesia pengaruhnya 0,1- 0,29 persen,” jelasnya.

Meski begitu, dia menilai, fundamental perekonomian Indonesia masih dalam posisi baik. Sebab, masih bisa meraih angka pertumbuhan sekitar 5 persen di 2019.

Pertumbuhan tersebut didorong oleh konsumsi dalam negeri dan investasi. Indonesia mampu menunjukkan iklim investasi yang kompetitif. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.