Dark/Light Mode

Ekonomi Tinggal 2,9 Persen

Airlangga Nggak Kaget

Rabu, 6 Mei 2020 06:32 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. (Foto: IG@airlanggahartarto_official)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. (Foto: IG@airlanggahartarto_official)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pandemi Covid-19 benar-benar menghantam perekonomian Indonesia. Saat ini, pertumbuhan ekonomi tinggal 2,9 persen. Namun, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto nggak kaget dengan kondisi tersebut. Baginya, Indonesia masih lebih baik dibandingkan banyak negara.

Data pertumbuhan ekonomi Indonesia ini dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Pada kuartal I 2020, BPS menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 2,97 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibanding kuartal I 2019 sebesar 5,07 persen. Juga masih kecil dibadingkan kuartal IV 2019 sebesar 4,97 persen.

Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan, pertumbuhan ekonomi meng alami kontraksi sebesar 2,41 persen jika dibandingkan kuartal IV 2019. “Kalau kami lihat pergerakan per tumbuhan ekonomi di kuartal I 2020 seperti dialami negara lain mengalami perlambatan cukup dalam,” ujarnya melalui video conference, kemarin.

Apa penyebabnya? Kata Suhariyanto, penyebabnya beragam. Dari sisi eksternal dipengaruhi anjloknya harga minyak dunia, pembatasan aktivitas di sejumlah negara, serta kontraksi perdagangan Indonesia dengan sejumlah mitra dagang.

Baca juga : Ekonomi Cuma Tumbuh 2,97 Persen, Airlangga: Sudah Diprediksi

“Tiongkok merupakan tujuan utama ekspor Indonesia, karena porsinya 15 persen, pada Triwulan I 2020 alami kontraksi 6,8 persen. Amerika Serikat ekspor kita ke sana menempati posisi kedua, pada Triwulan I 2019 masih 2,7 persen tetapi Triwulan I 2020 tumbuh 0,2 persen. Begitu juga Singapura, Korea Selatan melambat sedikit ke 1,3 persen,” terangnya, di Jakarta, kemarin.

Dari internal, faktor pemicu pelemahan ini mulai dari minimnya lapangan usaha, penurunan sektor industri, perdagangan, dan pertanian. Ketiganya kompak menyusut. Industri dari 3,85 persen yoy menjadi 2,06 persen. Perdagangan dari 5,21 persen yoy menjadi 1,6 persen. Pertanian dari 1,82 persen yoy menjadi 0,02 per sen. Padahal, ketiganya menjadi penyumbang terbesar PDB dengan persentase 46 persen.

Faktor lain, dari sisi pengeluaran. kontributor utama pertumbuhan ekonomi yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi turun tajam, dari 5,02 persen yoy menjadi 2,84 persen. Kemudian, Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) turun dari 5,03 persen menjadi 1,7 persen. Kedua komponen ini menopang 90 persen ekonomi Indonesia.

Menko Airlangga bicara soal merosotnya pertumbuhan ekonomi. kata dia, pandemi corona menyebabkan lesunya permintaan (demand shock). Ada tiga komponen yang menekan laju ekonomi Indonesia. Pertama, konsumsi rumah tangga yang anjlok dari 5,02 persen menjadi 2,84 persen. Kedua, pembentukan modal dari 5,03 persen menjadi 1,7 persen. Ketiga, ekspor mengalami kontraksi 1,58 persen dan impor turun menjadi 2,19 persen.

Baca juga : Auto2000 Kasih Bunga Nol Persen Buat Tenaga Medis

Meski begitu, Airlangga tetap menilai baik pertumbuhan ekonomi saat ini. Sebab, realisasi pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dibuat pemerintah dalam APBNP 2020. kita masih positif pada kuartal I2020 sebesar 2,97 persen. kita proyeksikan di APBN 2020 sebesar 2,3 persen,” katanya.

Berkaca pada negara lain, Airlangga mengaku masih bersyukur. Ini juga sesuai dengan proyeksi yang disampaikan International Monetary Fund (IMF). “Prediksi yang disampaikan IMF, misalnya. Itu tiga negara dengan pertumbuhan masih positif, yaitu Indonesia, China, dan India,” cetusnya.

Kepala Badan kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian keuangan, Febrio Kacaribu mengamini penjelasan Airlangga. Menurutnya, perekonomian Indonesia masih lebih baik dari AS dan Hong Kong. Catatannya, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 untuk AS hanya 0,3 persen, Korea Selatan -1,3 persen, Uni Eropa -3,3 persen, Singapura -2,2 persen, Tiongkok -6,8 persen, dan Hong Kong -8,9 persen. Hanya saja, Indonesia kalah dari Vietnam yang berada di level 3,8 persen.

Febrio mengatakan, pelemahan daya beli atau tingkat konsumsi rumah tangga menjadi salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan di kuartal I 2020. Tingkat konsumsi rumah tangga merosot ke 2,84 persen dan investasi hanya tumbuh 1,70 persen. Sementara, konsumsi pemerintah tumbuh 3,74 persen, ekspor tumbuh 0,24 persen di saat impor terkontraksi 2,19 persen.

Baca juga : Galaknya Prabowo Tinggal Kenangan

Ketua Dewan komisioner OJK, Wimboh Santoso sudah memprediksi hal ini. Bahkan, kata dia, pemerintah sudah membuat beberapa skenario pertumbuhan ekonominya. Berbagai lembaga internasional juga telah memprediksi ekonomi Indonesia bakal melambat. “Turun ya pasti turun. Angkanya bisa turun cukup berat. Tapi yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menyangga agar Covid-19 ini bisa cepat selesai,” pesan Wimboh.

Saat ini, pemerintah, OJK, dan Bank Indonesia terus bersinergi meredam efek domino Covid-19. Berbagai strategi sudah, dan terus disiapkan agar pertumbuhan ekonomi tidak anjlok terlalu dalam. Strategi itu mulai dari restrukturisasi kredit hingga pemberian bansos. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.