Dark/Light Mode

Luhut: Dampak Corona Lebih Dahsyat Dari Aksi Teroris

Kamis, 4 Juni 2020 09:09 WIB
Luhut Binsar Pandjaitan
Luhut Binsar Pandjaitan

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan meramal pemulihan pariwisata bisa memakan waktu 10 bulan usai masa pandemi. Pasalnya, dampak wabah corona lebih parah dibandingkan dampak bencana alam dan terorisme. 

Luhut mengatakan, dampak bencana alam dan terorisme kepada sektor pariwisata dapat pulih dalam kurun waktu 2 bulan. Karena pemerintah cenderung lebih siap menangani dua kejadian tersebut. 

“Studi yang kami lakukan kalau serangan teror itu mungkin dua bulan akan susah. Tapi kalau Covid-19 ini dihitung 10 bulan baru bisa pulih. Jadi bisa menyakitkan sekali untuk kita,” katanya di Jakarta, kemarin. 

Namun, Luhut menilai, waktu pemulihan ini sebenarnya terhitung cepat. Dia menyebut dari data World Travel and Tourism Council (WTTC), proses pemulihan pariwisata akibat pandemi, instabilitas politik, dan terorisme pada 2001 bisa berlangsung 26 bulan. 

Ia menjelaskan, saat ini pemulihan wisata dunia lebih baik karena adanya perkembangan teknogi hingga kerja sama antar negara yang semakin kuat. 

Baca juga : Garuda Ngeluh Tes PCR Lebih Mahal Daripada Tiket

Untuk menggerakkan kembali pariwisata, pemerintah akan mencari solusi untuk meningkatkan jumlah wisatawan domestik. Karena, saat ini jumlah turis asing yang melancong ke Tanah Air berkurang drastis. 

Tak hanya itu, peningkatan fasilitas umum di tempat tujuan juga harus dilakukan sehingga ketika pariwisata dibuka akan siap menampung wisatawan.

Luhut menegaskan, pemerintah akan terus mendorong perbaikan spot wisata saat ini. 

“Kalau kami lihat turis domestik baru 55 persen, kami mau seperti negara lain bisa 70 persen. Itu bisa membuat ekonomi berputar kembali. Spot tourist (tempat wisata) akan bagus nanti sekitar September, Oktober tahun ini,” ujarnya. 

Chairman Indonesia General Manager Hotel Association, Wita Jacob memprediksi pemulihan sektor pariwisata, terutama Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) sulit terjadi dalam waktu dekat. 

Baca juga : Gegara Corona, 70 Warga Meksiko Tewas Minum Bir Oplosan

Ia mengacu, pada Singapura yang hingga saat ini masih belum bisa mengendalikan corona meski sudah berupaya mendeteksi virus tersebut sejak akhir tahun. Sementara Indonesia yang baru menghadapi corona mulai Maret 2020 lalu. 

“Sampai sekarang mereka masih ketat dengan restriction airlines,” katanya. 

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memprioritaskan enam bidang usaha untuk penerapan perdana protokol kenormalan baru di sektor pariwisata. 

Enam bidang yang lebih dulu menjalani simulasi adalah jasa akomodasi, jasa makanan dan minuman, jasa daya tarik wisata, jasa perjalanan, penyediaan fasilitas seni, serta produksi film, televisi, video, dan iklan.

Deputi Kajian Kebijakan Strategis Kemenparekraf, Kurleni Ukar mengatakan, sudah menyiapkan draf protokol umum dan khusus. Termasuk prosedur tambahan untuk pelaku usaha, pekerja, serta pengunjung. 

Baca juga : Update Corona: Uji Spesimen Masih Jauh dari Target

“Kalau telah ditetapkan, butuh beberapa tahapan sebelum usaha dapat dibuka, seperti simulasi, sosialisasi, dan uji coba,” katanya.

Menurutnya, protokol baru belum mengikat sehingga terbuka terhadap masukan yang lebih spesifik dari asosiasi setiap bidang usaha dan kementerian lainnya. [KPJ]


 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.