Dark/Light Mode

Ngopi Pagi

FIFGroup: UMKM dan Aksesoris Otomotif Paling Tertekan

Jumat, 19 Juni 2020 11:59 WIB
Chief of Corporate Communication and CSR FIFGroup Yulian Warman saat Ngopi Pagi yang disiarkam secara streaming melalui kanal Facebook dan Youtube Rakyat Merdeka, Jumat pagi (19/6). (Foto: Istimewa)
Chief of Corporate Communication and CSR FIFGroup Yulian Warman saat Ngopi Pagi yang disiarkam secara streaming melalui kanal Facebook dan Youtube Rakyat Merdeka, Jumat pagi (19/6). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Industri otomotif menjadi salah satu sektor yang merasakan dampak Covid-19 paling besar. Terutama otomotif di tingkat industri kecil mulai dari komponen maupun aksesoris di mana paling banyak digeluti oleh UMKM.

Chief of Corporate Communication and CSR FIFGroup Yulian Warman mengatakan, jika dibandingkan dengan krisis 1998, waktu itu perusahaan besar yang berdampak, namun industri kecil masih berjalan. Di krisis Covid-19 saat ini, justru semua kalangan dan industri yang merasakan dampaknya.

"Di saat 14 provinsi melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ada tujuh industri yang dikecualikan, tapi otomotif tidak termasuk. Mau tak mau industri komponen, elektronik terpaksa menberhentikan produksinya dan tak ada pendapatan, kondisi ini memukul dua kali lipat industri otmotif," ujarnya dalam Ngopi Pagi yang disiarkam secara streaming melalui kanal Facebook dan Youtube Rakyat Merdeka, Jumat pagi (19/6).

Baca juga : Panglima TNI Harus Orang `Sekolahan`

Yulian melanjutkan, kondisi tersebut membuat pilihan industri kecil otomotif ini memberhentikan bahkan mengistirahatkan karyawan.

"Order tak ada, pendapatan pun tak dapat, owner susah bertahan. Karena kalau industri itu harus produksi beda sama pekerja kantoran," imbuhnya.

Akhirnya untuk tetap bertahan, pemilik memilih opsi untuk merestrukturisasi kreditnya. Begitu pula dengan sektor finance yang siap memberikan bantuan relaksasi.

Baca juga : Di Tengah Pandemi, UMKM Binaan Pertamina Pantang Menyerah

Bahkan Yulian menyebut, sekitar puluhan bahkan ratusan miliar cost yang bakal terjadi jika Covid-19 ini belum jelas kapan akan selesai.

"Misalnya demand sudah ada, tapi kita nggak tahu ini sampai kapan? Industri tetap butuh kepastian," katanya.

Yang menyedihkan lanjut dia, di saat PSBB transisi menuju new normal, justru angka positif makin naik. Makin sulit bagi industri untuk memiliki kepastian memenuhi permintaan. "Indonesia di prediksi 400-600 ribu positif. Banyak analisis yang bilang September bahkan Oktober selesai, tapi kita kan nggak tahu?" tuturnya.

Baca juga : Sinergi Pertamina Group Turun Tangan Berantas Covid-19 di Jawa Timur

Di satu sisi pihaknya menyambut baik upaya stimulus maupun insentif keuangan yang diberikan oleh pemerintah. Perusahaannya sendiri juga sudah melakukan restrukturisasi pinjaman kepada nasabah.

"Relaksasi bank dan multifinance itu lebih dari Rp 100 triliun dalam waktu 2 bulan itu langkah bagus. Sekarang tinggal bagaimana industri tetap optimis dan mengedepankan protokol kesehatan," pungkasnya. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.