Dark/Light Mode

BI Pertahankan 7-Day Reverse Repo Rate Di 6 Persen

Kamis, 21 Februari 2019 16:00 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (ketiga kanan) usai Rapat Gubernur Bank Indonesia, yang berakhir hari ini, Kamis (21/2). (Foto: Humas BI)
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (ketiga kanan) usai Rapat Gubernur Bank Indonesia, yang berakhir hari ini, Kamis (21/2). (Foto: Humas BI)

RM.id  Rakyat Merdeka - Berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 20-21 Februari 2019, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen. 

"Keputusan tersebut tetap konsisten dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal, khususnya untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman, dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik," kata Direktur Eksekutif Komunikasi Bank Indonesia, Agusman dalam keterangan tertulisnya, Kamis (21/2).

Dijelaskan, Bank Indonesia terus menempuh strategi operasi moneter untuk meningkatkan ketersediaan likuiditas dalam mendorong pembiayaan perbankan. Ke depan, bank sentral tersebut akan menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif,  dan penguatan kebijakan sistem pembayaran dalam rangka memperluas pembiayaan ekonomi. 

Koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, juga terus dipererat untuk mempertahankan stabilitas ekonomi, guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi ke depan.

Baca juga : Bulog Lakukan Sortasi Beras Turun Mutu Di Sumsel

Pertumbuhan ekonomi dunia melambat, disertai berkurangnya ketidakpastian pasar keuangan global. Pertumbuhan ekonomi AS melambat, dipengaruhi oleh terbatasnya stimulus fiskal, permasalahan struktural tenaga kerja, dan menurunnya keyakinan pelaku usaha. 

Perlambatan tersebut juga dialami pertumbuhan ekonomi Eropa. Antara lain dipengaruhi oleh berlanjutnya permasalahan struktural ekonomi dan keuangan, pelemahan ekspor, dan dampak ketidakpastian penyelesaian masalah Brexit.

Sementara itu, ekonomi Tiongkok tumbuh melambat didorong melemahnya ekspor akibat ketegangan perdagangan dengan AS, serta melambatnya permintaan domestik sebagai dampak proses deleveraging yang masih berlangsung. 

Sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, harga komoditas global diperkirakan menurun. Termasuk, harga minyak dunia. Normalisasi kebijakan moneter di negara maju juga cenderung tidak seketat perkiraan semula. Ketidakpastian di pasar keuangan global juga berkurang. 

Baca juga : AP I Aktif Gaungkan Soal Keselamatan Penerbangan

"Kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan akan lebih rendah. Pengurangan neraca bank sentral menjadi lebih kecil dari rencana. Di satu sisi, perkembangan ekonomi dan keuangan global tersebut memberikan tantangan dalam mendorong ekspor. Namun, di sisi lain juga meningkatkan aliran masuk modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia," jelas Agusman.

Ia menambahkan, momentum pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh permintaan domestik, tetap terjaga.  Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap kuat tercermin dari angka 5,18% (yoy) pada triwulan IV 2018, atau meningkat tipis dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,17% (yoy). 

Pertumbuhan ekonomi terutama didukung permintaan domestik, sejalan dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT). Investasi yang tetap tinggi, turut dipengaruhi optimisme investor terhadap prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga. Sementara itu, ekspor neto tercatat negatif dipengaruhi pertumbuhan ekonomi global yang melandai dan harga komoditas yang menurun. 

Secara spasial, peningkatan pertumbuhan ekonomi ditopang Jawa dan Kalimantan sejalan meningkatnya kegiatan di sektor pertanian, jasa-jasa dan pertambangan. Dengan perkembangan ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat dari 5,07 persen (yoy) pada 2017 menjadi 5,17 persen (yoy) pada 2018 dan merupakan pencapaian tertinggi dalam 5 tahun terakhir. 

Baca juga : Trump Siap Pidato Di Kongres

Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2019 tetap solid pada kisaran 5,0-5,4 persen, didukung permintaan domestik. Khususnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi LNPRT yang meningkat, serta investasi yang tetap kuat. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.