Dark/Light Mode

Wujudkan Kapasitas Setrum 19,9 GW

Pemerintah Janji Support Transformasi PLN Ke EBT

Sabtu, 15 Agustus 2020 07:05 WIB
Direktur Utama PT PLN , Zulkifli Zaini
Direktur Utama PT PLN , Zulkifli Zaini

RM.id  Rakyat Merdeka - Energi Baru Terbarukan (EBT) akan semakin dibutuhkan di masa depan. PT PLN (Persero) sudah menyiapkan sejumlah strategi untuk bertransformasi dari energi fosil menuju EBT.

Direktur Utama PT PLN (Persero) , Zulkifli Zaini bilang, manajemen sepakat bahwa transformasi mutlak dilakukan. Untuk itu PLN sudah menyiapkan banyak strategi untuk mewujudkan EBT. 

“Transformasi energi baru terbarukan itu terus kami upayakan. Bahkan pada 2019 total kapasitas terpasang EBT sudah sebesar 7,8 gigawatt (GW),” ucap Zulkifli saat menjadi pembicara dalam Webinar yang digelar Rakyat Merdeka, Rabu (12/8). 

PLN memiliki target yang realistis. Yaitu pada 2024 akan terpasang kapasitas EBT sebesar 12,8 GW. Namun pihaknya berjanji untuk kerja lebih giat, mengingat target ini belum sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). 

Target RPJMN adalah sebesar 16,3 GW,” katanya. 

Sementara pada 2025, perusahaan menargetkan kapasitas terpasang pembangkit EBT nasional sudah mencapai sebesar 19,9 GW. Ada banyak strategi yang dilakukan PLN untuk mengejar target ini. 

Baca juga : Tekan Laju Penyebaran Covid-19, Pemerintah Perlu Hapus Tarif Produk Farmasi

Antara lain inovasi cofiring, dedieselisasi, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di lahan bekas tambang dan waduk, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) serta strategi teknik lainnya. 

Dia menjelaskan, untuk teknik co-firing biomassa ini memiliki keunggulan, di mana ada pengurangan penggunaan fossil fuel power plant menjadi green power plant. 

“Inovasi yang kami lakukan ini untuk mendukung target bauran EBT 23 persen di 2025. Sehingga investasi pembangkit EBT tidak memerlukan capex (capital expenditure) terlalu besar,” katanya. 

Sedangkan dalam penerapan dedieselisasi ini, seluruh kebutuhan PLN dipastikan tidak ada yang impor. Program dedieselisasi ini dilaksanakan dengan tujuan utama untuk pengalihan penggunaan bahan bakar minyak ke sumber EBT. 

Strategi selanjutnya adalah pemanfaatan lahan bekas tambang sebagai area Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Dengan begini, PLN sekaligus membersihkan serta merapikan lagi kondisi lingkungan yang sudah berantakan. 

PLN juga menggarap transformasi dengan melakukan pemanfaatan waduk. Pemanfaatan area perairan ini dianggap lebih hemat ketimbang lahan daratan.

Baca juga : Marak Klaim Obat Covid-19, YLKI Minta Pemerintah Hadirkan Hukum Yang Konsisten

“Kami pun tidak menutup semua waduk, tapi hanya menggunakannya 5 persen dari luas waduk,” ucapnya. 

Jika strategi PLTS waduk ini terus konsisten mampu menghasilkan EBT, maka PLN akan membangun PLTS terapung ini di banyak waduk lainnya. 

Menurutnya investasi di danau jauh lebih murah. “Indonesia memiliki ratusan danau, maka sedikit area bisa dimanfaatkan untuk membangun PLTS. Sehingga tidak ada pembebasan tanah di area tersebut,” tuturnya. 

Masih dalam webinar tersebut, Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin mengakui kondisi saat ini memang membutuhkan transformasi sistem energi EBT. 

“EBT ini menjadi sangat dibutuhkan, karena perubahan konsumsi energi yang disebabkan oleh permintaan yang besar,” katanya. 

Dia meminta hal ini jangan dianggap remeh. Pemerintah terus berusaha mengubah sistem kelistrikan. Dari pembangkit yang tadinya bersifat carbonbasedmenjadirenewable. Karena perubahan ini tidak hanya di Indonesia, tapi masyarakat global. 

Baca juga : Tak Benar, Pemerintah Siapkan Aturan Soal Pajak Sepeda

Budi meyakini, apabila perusahaan energi seperti Pertamina dan PLN tidak melakukan perubahan guna mengantisipasi transformasi yang terjadi saat ini, maka mereka akan digantikan posisinya oleh perusahaan lain. 

Terpisah, pengamat energi Universitas Gajah Mada, Fahmy Radhi mengatakan inovasi dari PLN dalam mengembangkan EBT perlu didukung. Bisa dipastikan EBT ke depannya akan sangat dibutuhkan masyarakat dunia. 

“Untuk membangun pembangkit EBT itu tidak mudah. Sehingga perlu terus didukung agar bisa mencapai target,” ujarnya. 

Lebih jauh dia mengatakan, bagi perusahaan energi, kondisi pandemi adalah momentum yang tepat untuk menggenjot kapasitas EBT. Apalagi usaha yang dilakukan PLN memanfaatkan teknologi untuk menciptakan energi alternatif, tidak berdampak yang buruk bagi lingkungan. 

“Selain bisa menjadi sumber energi alternatif tertentu, yang diperhatikan dari EBT itu ekosistem lingkungan. EBT itu menciptakan perbaikan kualitas lingkungan hidup,” jelasnya. 

Tidak hanya PLN, sambungnya, seluruh perusahaan energi saat ini tengah berusaha mengembangkan EBT. [JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.