Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Ketua MUI Baros Beri Pesan Sejuk Di Sosialisasi PNM Mekaar
- Dipolisikan Nurul Ghufron, Ketua Dewas: Kami Sama Sekali Nggak Takut!
- KPK Lelang 2 Mobil Jeep Cherokee Milik Eks Walkot Bekasi Rahmat Effendi
- Gempa Terkini Magnitudo 5,3 Guncang Papua, Getaran Terasa Hingga Mamberamo Raya
- TPPU SYL, KPK Sita Mobil Mercy Sprinter Dan New Jimny
Ekonomi Ada Tanda-tanda Siuman
Jokowi Berbinar-binar
Jumat, 4 Desember 2020 06:56 WIB
Sebelumnya
Menurut Perry, pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan kinerja ekspor, konsumsi swasta dan pemerintah, serta investasi, baik dari belanja modal pemerintah maupun dari masuknya Penanaman Modal Asing (PMA). Selain itu, mobilitas masyarakat juga akan meningkat sejalan dengan rencana vaksinasi.
Perry juga melihat, akan ada perbaikan ekonomi global. Setelah kontraksi 3,8 persen pada 2020, ekonomi dunia diprediksi tumbuh 5 persen pada 2021. Saat ketidakpastian pasar global mereda, Perry yakin, aliran modal asing akan kembali masuk ke pasar. Ditambah perekonomian nasional mulai membaik tahun depan.
Dengan prediksi tersebut, Perry yakin ekonomi akan mulai tumbuh positif pada kuartal keempat tahun ini. Dan meningkat ke sekitar 4,8 sampai 5,8 persen pada 2021. “Pertumbuhan ekonomi juga meningkat di seluruh daerah, didukung kenaikan ekspor dengan perbaikan ekonomi global," paparnya.
Baca juga : Tekan Emisi Gas, Tata Kelola Lingkungan Di BUMN Meningkat
Proyeksi BI ini jauh lebih optimistis dari berbagai lembaga lain. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (The Organization for Economic Co-operation and Development/OECD) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan, dari prediksi pada September sebesar 5 persen menjadi 4 persen.
Apakah benar ekonomi akan mulai pulih tahun depan? Ekonom senior Chatib Basri masih ragu. Mantan Menteri Keuangan ini menyebut, ada beberapa alasan kenapa ekonomi belum bisa pulih tahun depan. Pertama, investasi swasta belum akan masuk. Kedua, permintaan pasar domestik dan ekspor diperkirakan masih sangat lemah. Soalnya, sektor swasta tidak bisa beroperasi secara normal akibat pandemi.
Chatib mengatakan, dalam waktu dekat akan sulit bagi beberapa industri mencapai break even point atau titik impas, khususnya bisnis yang mengandalkan konsumen seperti perhotelan dan restoran. "Kalau keadaan masih seperti ini, ekonomi tidak akan pulih sepenuhnya tahun depan dan diperkirakan akan kembali normal tahun 2022," jelasnya.
Baca juga : Prancis Vs Swedia, Ayam Jantan Simpan Tenaga
Chatib menambahkan, ekspor Indonesia sangat bergantung kepada China, dan ekonomi China sangat bergantung pada Eropa. Sementara, ekonomi Eropa belum akan pulih lebih cepat dari 2022.
Lalu, bagaimana menopang pertumbuhan ekonomi nasional? Chatib menyarankan pemerintah untuk memperkuat konsumsi rumah tangga. "Caranya, berikan cash transfer kepada lower middle income (masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah)," usulnya.
Setelah itu, berikan jaminan kredit agar bank mau memberikan pinjaman. Setelah aktivitas ekonominya normal, baru insentif pajak. "Kalau sekarang sudah diberikan tax incentive, tidak akan ada yang ngambil. Perusahaan itu kalau rugi tidak bayar pajak. Jadi, ini harus ditaruh di belakang,” jelas Chatib. [BCG]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya