Dark/Light Mode

Kinerjanya Terus Diperbaiki

Krakatau Steel Dipantau BEI

Jumat, 12 April 2019 11:09 WIB
Kinerjanya Terus Diperbaiki Krakatau Steel Dipantau BEI

RM.id  Rakyat Merdeka - Melihat salah satu emitennya terus merugi, Bursa Efek Indonesia (BEI) tak tinggal diam. BEI berencana memanggil para petinggi Krakatau Steel untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Apalagi ruginya sudah berlangsung lama.

Secara berturut-turut, Krakatau Steel mencatatkan kerugian sejak 2012. Hingga tahun lalu saja, emiten berkode KRAS itu menyandang rugi 77,163 juta dolar AS, atau sekitar Rp 1 triliun lebih.

Direktur Penilaian BEI I Nyoman Gede Yetna mengatakan, BEI berencana memanggil manajemen Krakatau Steel untuk dimintai keterangan terkait kerugian perusahaan yang berlangsung selama tujuh tahun itu. Namun, BEI tidak bisa serta merta menghapus pencatatan saham (delisting) Krakatau Steel.

“Delisting itu kan tindakan luar biasa. Apakah ada tindakan panggilan atau obrolan, nanti saya pastikan Krakatau Steel ya,” kata Nyoman di Jakarta, kemarin.

Baca juga : Diperpanjang, Masa Tahanan Petinggi Krakatau Steel

Nyoman menyebut, BEI masih akan mempertimbangkan banyak aspek. Misalnya, core business (bisnis inti) dari sebuah perusahaan. Bukan hanya itu, kondisi pasar dan kebijakan ekonomi tak luput dari pertimbangan BEI.

“Saya pastikan, pertama kita lihat pergerakan atau progres per periode. Kita bandingkan per sektor. Misal sektornya memang lagi turun karena pricing, atau kebijakan-kebijakan tertentu sehingga industrinya tidak preferable berarti kan justifikasinya ada,” ujarnya.

Aspek lain yang turut diperhitungkan BEI adalah industri lain yang bergerak di sektor yang sama dengan Krakatau Steel. “Tapi misal pr-nya lagi naik, tapi mereka (Krakatau steel) turun, maka kita akan masuk ke hearing masing-masing Board of Director (BOD), ini kenapa?," katanya.

Menteri BUMN Rini Soemarno optimis, BUMN produsen baja Krakatau Steel bisa meraih untung pada tahun ini setelah proses restrukturisasi utang selesai dilakukan. "Krakatau Steel memang sangat berat, karena permasalahannya banyak dan sudah lama. Tapi kami yakin bahwa ini bisa turn around dan dengan sinergi BUMN sekarang sudah keliatan sudah semakin membaik. Jadi insya Allah tahun 2019 sudah untung," ujar Rini.

Baca juga : Juara 2 Akan Sangat Sulit Bagi Golkar

Rini mengatakan langkah penyehatan KRAS dilakukan dengan restukturisasi utang. Proses restruturisasi utang pun telah berjalan.

Sebelumnya, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim berjanji untuk memperbaiki kinerja perseroan. Hal itu dibuktikan dengan meningkatkannya volume penjualan tahun lalu. Pendapatan bersih meningkat 20,05 persen dari tahun ke tahun (year on year/yoy) menjadi 1.739,54 juta dolar AS.

Sedangkan volume penjualan meningkat 12,84 persen, yakni 2,144,050 ton baja jika dibanding dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,900,075 ton. Sepanjang 2018 lalu perseroan cukup merasakan kenaikan harga jual produk baja.

Rata-rata harga jual produk Hot Rolled Coil (HRC) meningkat 10,03 persen menjadi 657 dolar AS per ton, Cold Rolled Coil (CRC) naik 6,72 persen menjadi 717 dolar AS per ton, dan Wire Rod meningkat 15,03 persen menjadi 635 dolar AS per ton. “Ini adalah salah satu ciri bahwa pasar baja domestik membaik,” terang Silmy.

Baca juga : Kemenpora Matangkan Persiapan ASG 2019

Bukan cuma itu. Jelang akhir tahun lalu Krakatau Steel telah meneken kontrak dengan sejumlah BUMN Karya terkait penggunaan baja dalam negeri untuk proyek pemerintah. Silmy berharap kegiatan ini mampu mendongkrak kinerja perseroan. Contohnya proyek pembangunan jalan tol layang Jakarta-Cikampek (Japek II Elevated Toll Road). Per Desember 2018, suplai baja Krakatau Steel tembus 151.090 ton.

Sentimen positif lainnya, kata Silmy, adalah keberhasilan perpanjangan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap produk HRC yang diimpor dari China, India, Rusia, Kazakhstan, Belarusia, Taiwan, dan Thailand. Silmy berencana menambah porsi ekspor HRC sebesar 650 ribu ton ke Malaysia, India dan negara lainnya.

Bulan lalu, perseroan telah mengekspor 12 ribu ton HRC/P ke Negeri Jiran. "Hal itu seiring dengan kebijakan otoritas setempat yang menyatakan dicabutnya aturan anti dumping bagi Indonesia karena ketiadaan produsen HRC dalam negeri Malaysia," katanya. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.