Dark/Light Mode

Pesan Jokowi Untuk Capres 2024

Politik SARA, Politik Identitas, Sangat Berbahaya Bagi Negara Sebesar Kita

Senin, 21 November 2022 16:10 WIB
Presiden Jokowi dalam acara Munas ke-17 HIPMI di Surakarta, Jawa Tengah, Senin (21/11). (Foto: Setpres)
Presiden Jokowi dalam acara Munas ke-17 HIPMI di Surakarta, Jawa Tengah, Senin (21/11). (Foto: Setpres)

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi mengingatkan para capres/cawapres yang akan berlaga di Pemilu 2024, untuk menjaga situasi politik agar tetap kondusif, di tengah kondisi dunia yang sangat rentan.

"Kita semua harus menjaga, agar situasi politik tetap adem. Kalau nggak bisa, paling banter ya hangat. Tapi, jangan panas. Karena situasinya tidak normal. Hati-hati, situasi dunia sedang tidak normal," kata Jokowi dalam acara Munas ke-17 HIPMI di Surakarta, Jawa Tengah, Senin (21/11).

Jokowi mempersilakan para capres, untuk berdebat. Debat gagasan, debat ide membawa negara ke arah yang lebih baik, silakan.

Baca juga : Situasi Politik Harus Dijaga, Kudu Tetap Adem, Paling Banter Hangat

Yang penting, jangan sampai panas. Apalagi, membawa politik-politik SARA.

"Politisasi agama, tidak. Jangan. Setuju? Kita sudah merasakan, dan itu terbawa lama. Hindari ini. Lakukan politik-politik gagasan, politik-politik ide, tapi jangan masuk ke politik SARA, politisasi agama, politik identitas. Jangan. Sangat berbahaya, bagi negara sebesar kita Indonesia, yang sangat beragam," tegasnya.

Apa yang disampaikan Jokowi, bukan tanpa alasan. Mengingat saat ini, kondisi Indonesia terjaga cukup baik.

Baca juga : Moeldoko Ajak KAMMI Terlibat Cegah Politik Identitas dan Adu Domba

Di antara negara G20, rapor RI terbilang paling kinclong. Pertumbuhan ekonomi di kuartal III tembus 5,72 persen. Inflasi 5,7 persen. Sementara konsumsi rumah tangga, ada di angka 5,4 persen.

"Lanskap seperti ini harus kita tahu. Kalau ekonomi dunia gonjang-ganjing, hati-hati, lanskap ekonomi global nanti juga akan bisa berimbas ke kita," ucap Jokowi.

Saat ini, sebanyak 14 negara sudah mengantre  mendapatkan pinjaman dari Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF). Dan 28 negara ngantre di depan pintunya IMF. Angka ini, diperkirakan bisa meningkat ke angka 66.

Baca juga : Wisata, Sekolah Dan Berobat Baiknya Di Dalam Negeri Saja

"Itu kan nggak mungkin bisa mendapatkan bantuan semuanya. IMF dan Bank Dunia, juga punya keterbatasan," tandas Jokowi. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.