Dark/Light Mode

Cerita Tiga Sahabat Kenalkan Manggis Di Eropa

Pamor Buah Lokal Di Kancah Global

Jumat, 24 Februari 2023 07:50 WIB
Pendiri Java Fresh, Swasti Adicita Karim (tengah) dan Margareta Astaman (Kanan) saat mengikuti pameran industri buah terbesar di dunia, Fruit Logistica yang digelar di Berlin, Jerman, 8-10 Februari 2023. Mengikuti pameran ini  sebagai upaya mengenalkan buah lokal RI ke pasar dunia. (Foto: Dok. Pribadi)
Pendiri Java Fresh, Swasti Adicita Karim (tengah) dan Margareta Astaman (Kanan) saat mengikuti pameran industri buah terbesar di dunia, Fruit Logistica yang digelar di Berlin, Jerman, 8-10 Februari 2023. Mengikuti pameran ini sebagai upaya mengenalkan buah lokal RI ke pasar dunia. (Foto: Dok. Pribadi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Tiga orang sahabat, Swasti Adicita Karim, Margareta Astaman dan Robert Budianto, berhasil memasarkan buah-buahan asal Indonesia hingga ke pasar Eropa.

Kini, berbagai buah lokal, seperti manggis, salak, jeruk purut, bisa dengan mudah ditemui di rak-rak supermarket dari Prancis hingga Rusia. Berkat usaha ketiganya itu, Indonesia sebagai penghasil buah tropis terkemuka mulai dikenal di pasar dunia.

Pada 2014, Swasti bersama Margareta dan Robert bertemu di sebuah kafe, di sebuah pusat perbelanjaan, di Jakarta.

Saat itu, usia mereka masih 28 tahun dan sedang meniti karier di tempat kerjanya masing-masing.

Swasti, lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia, sedang me­rintis karier di perusahaan public relation, yang antara lain menan­gani kehumasan salah satu bank digital terbesar di Indonesia.

Sementara Margareta dan Robert adalah lulusan Nanyang Technology University (NTU), Singapura.

Keduanya juga sudah punya karier sendiri. Margie-sapaan Margareta, sedang bekerja di perusahaan digital. Sementara Robert bekerja sebagai project engineer di Hamburg, Jerman.

Saat itu, lulusan S-1 Chemical and Biomolecular Engineering ini sedang mendapat tugas dari pe­rusahaannya untuk membangun pabrik baru di China.

Kesempatan ekspansi ke Negeri Tirai Bambu itu digunakan untuk bertemu temannya sejak SMA di Jakarta.

Nah, dalam obrolan ringan itu muncul ide membuka wirausaha eksportir buah. Saat itu, mereka menyoroti melimpahnya buah im­por di pasar dalam negeri. Tengok saja, rak-rak supermarket penuh dengan beragam buah impor.

Baca juga : Lomba Stand Up Comedy Warnai Kegiatan Sahabat Ganjar Di Jabar Dan Kalsel

Meski harganya relatif tinggi, buah impor itu tetap saja laris. Konsumen tertarik karena buah-buahan impor memiliki ukuran dan warna yang seragam, dike­mas dengan baik, ditempeli sticker dan sebagainya.

Berbeda dengan kondisi buah lokal. Buah-buahan lokal seperti manggis, mangga, jeruk, biasanya dijajakan di gerobak pinggir jalan.

Ukurannya berbeda. Kondisinya pun macam-macam. Ada yang segar, ada yang busuk. Harganya pun relatif rendah.

“Dari sana lalu muncul keinginan menjadikan buah asal Indonesia sebagai produk pre­mium lalu dikirim ke negara lain,” kata Swasti, saat berbin­cang dengan Rakyat Merdeka di Jakarta, Rabu, 1 Februari 2023.

Ketiganya lalu mengeksekusi ide itu dengan mendirikan perusahaan PT Nusantara Segar Global yang memasarkan buah dengan merek Java Fresh. Mereka membagi tugas. Ada yang mencari pasar di Eropa, ada yang mencari pasokan di Tanah Air, sambil mempersiapkan ber­bagai kebutuhan untuk memulai wirausaha ini. Seperti, kesiapan do­kumen, packing house dan lainnya.

Untuk mencari pasokan, Swasti mendatangi sentra-sentra buah di berbagai daerah, menemui para petani, atau kepala desa dan menyampaikan keinginan­nya untuk bekerja sama.

Sementara, proses mencari pasar di Eropa dimulai dengan mengikuti forum buah-buahan, dan mendatangi pasar induk “Kramat Jati”-nya Eropa.

Di sana, mereka menemui para calon pembeli dan mulai mendengar buah apa saja buah yang diinginkan konsumen di Eropa.

Menurut Swasti, ada tantangan yang ditemui saat itu. Pasar Eropa misalnya, belum menge­nal Indonesia sebagai negara pengekspor buah tropis.

Mereka lebih mengenal Thailand, Vietnam, bahkan Malaysia. Saat ditawarkan manggis, mereka seperti ragu. “Mereka tanya, memang Indonesia punya mang­gis,” ungkap Swasti.

Baca juga : Ulama Dan Santri Kebumen Doakan Ganjar Pranowo Berhasil Di Pilpres 2024

Swasti maklum, meski masuk tiga besar sebagai produsen buah tropis, Indonesia saat itu tidak masuk Top 10 negara ekspor­tir buah tropis. Indonesia tidak dikenal lantaran kebanyakan eksportir saat itu berasal dari Malaysia atau China.

Yang miris, para eksportir itu mendatangkan buah seperti manggis, dari Indonesia lalu mengemas dan memasarkan ke pasar internasional dari negara mereka.

Tantangan lain yang dihadapi, yakni masih ada keraguan dari calon pembeli soal kemampuan menjaga kualitas produk. Serta kemampuan memenuhi pasokan sepanjang tahun, terutama di musim dingin.

Soalnya, saat itu tak ada panen buah di sana. Untuk menutupi kebutuhan buah, pedagang men­datangkan buah dari negara lain.

Persoalan lain, masa panen buah tropis seperti manggis misalnya, hanya tiga bulan. Lalu bagaimana bisa memenuhi permintaan sepan­jang tahun jika masa panen buah hanya tiga bulan?

Setelah mempelajari peta sup­ply di tiap daerah, Swasti menge­tahui ada pergeseran masa panen di tiap daerah.

Setelah mengetahui itu, Java Fresh akhirnya bisa memberikan jaminan ketersediaan pasokan sepanjang tahun. Bahkan Java Fresh berani menawarkan pa­sokan hingga 20 ton per tahun.

Soal kualitas, Java Fresh mem­berikan jaminan dengan memberi­kan standar mutu dan ukuran dari setiap buah yang dijual.

Jadi calon pembeli tahu, jika menginginkan manggis berukuran L, itu artinya seukuran bola tenis, misalnya. Dengan standar itu, pembeli yakin dan mulai memesan.

“Akhirnya pada 2015 kami bisa mengekspor manggis per­tama ke Prancis sebanyak 1 ton,” ungkapnya, bangga.

Baca juga : Usaha Penduduk Lokal Jadi Masuk Pasar Global

Kini, setelah 8 tahun berjalan, Java Fresh bisa mengirim mang­gis secara reguler ke 21 negara.

Beberapa negara yang jadi pelanggan Java Fresh, antara lain Prancis, Belanda, Jerman, Inggris, Rusia, Italia, dan beberapa di negara Eropa Timur dan Eropa Utara. Pasar terbesar Java Fresh saat ini adalah Eropa Barat, China dan Rusia.

Bahkan, Java Fresh mengua­sai sekitar 70 persen pangsa pasar di Prancis. Artinya, jika menemukan buah manggis yang dipajang di supermarket Prancis kemungkinan besar itu buah Java Fresh.

Bukan hanya manggis, Java Fresh juga mengekspor buah lokal lain seperti salak, kelapa, jeruk purut, mangga, markisa, buah naga, nanas, sirsak, sereh, durian, kunyit, laos dan sebagainya.

Sejak 2019, Indonesia sudah masuk Top 5 negara terbesar pengekspor manggis, selain China, Kenya, India dan Thailand.

Swasti menceritakan, Java Fresh memulai bisnis dengan 7 karyawan. Sekarang jumlah karyawannya sudah 200 orang.

Sebagian besar adalah perem­puan, yang bekerja sebagai staf pengemasan di 5 packing house yang tersebar di sejumlah daerah.

Fasilitas pengepakan utama berada di Tasikmalaya, Jawa Barat, dengan kapasitas produk­si 32 ton.

Sisanya berada di Payakumbuh, Sumatera Barat; Yogyakarta; Banyuwangi, Jawa Timur; dan Tabanan, Bali. Java Fresh juga sudah bermitra dengan sekitar 3000 petani.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.