Dark/Light Mode

KNKT: 80 Persen Kecelakaan, Biang Keroknya Ban Kempes

Rabu, 6 November 2019 15:27 WIB
Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono. (Foto: KPJ/Rakyat Merdeka)
Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono. (Foto: KPJ/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan, biang kerok kecelakaan lalu lintas di jalan raya 80 persen banyak melibatkan pecah ban. Hal ini terjadi karena masalah kekurangan tekanan ban.

Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono mengatakan, pecah ban bisa berakibat sangat fatal jika terjadi di jalan tol. "Kami melihat kecelakaan di jalan tol ini terus berulang. Akibat masalah ban sangat luar biasa," katanya dalam diskusi di kantor Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Jakarta, Rabu (6/11).

Menurutnya, jalan bebas hambatan tersebut menuntut pengendara untuk memacu kendaraan pada kecepatan tinggi. Apalagi sekarang sudah banyak terbangun jalan tol baru dengan beberapa ruas jalan yang cenderung lurus.

Baca juga : Kedudukan Atheis

Padahal, sejumlah resiko telah mengintai, yakni jalan lurus menyebabkan lengah atau mengantuk, kondisi pengendara bisa memacu pada kecepatan penuh sesuai kapasitas kendaraan (free flow speed), tabrak depan belakang, dan pecah ban.

Kendaraan yang dipacu dalam kecepatan tinggi menyebabkan ban dalam keadaan lelah (fatigue) sebelum akhirnya pecah. Jika yang pecah adalah ban belakang, mengakibatkan kendaraan tidak bisa dikendalikan.

Di sisi lain, KNKT menemukan 50-60 persen ban yang dioperasikan di jalan tidak sesuai dengan tekanan standar. "Orang baru sadar jika merasa sudah goyah saat berkendara atau secara visual ban sudah kempes. Khusus pengendara bergender perempuan cenderung cuek pada kondisi ban. Padahal, keselamatan sangat bergantung pada kesehatan ban," tuturnya.

Baca juga : ASEAN Sepakati 9 Dokumen Kerja Sama Bidang Peternakan

Dibandingkan angkutan barang, kata Soerjanto, angkutan penumpang lebih berisiko terutama kendaraan pribadi karena angkutan barang masih bisa ditahan dengan beban yang dibawa. “Berbeda kasusnya kalau truk overload ban pecah, ban pasangannya juga biasanya pecah karena beban yang ditopang. Selain itu, ban truk yang pecah memang tekanannya dipompa melebihi batas yang diizinkan karena membawa barang. Kalaupun pecah, tergelincir atau diam di tempat, berbeda dengan kendaraan penumpang karena fatalitasnya cukup tinggi,” ungkapnya.

Kepala Sub Komisi Investigator Kecelakaan KNKT Ahmad Wildan mengungkapkan, data kecelakaan di Tol Cikampek pada Januari hingga Maret 2017, sebanyak 265 kasus merupakan pecah ban, sementara 72 kasus disebabkan lain-lain. Selain itu, pecah ban juga merupakan satu dari tiga bahaya di jalan tol, rem blong dan lengah. 

“Lebih berbahaya tekanan ban ini kurang karena dengan velg akan sering bumping terjadi peningkatan tekanan udara pada ban yang membuat temperatur naik dan mempercepat polimersisasi (mengubah struktur ban),” katanya.

Baca juga : Temui Peternak yang Mau Demo, Mentan Dipeluk

Wildan menjelaskan, kurangnya tekanan angin juga membuat ban lebih lebar, membawa beban lebih berat sehingga BBM lebih boros. [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.