Dark/Light Mode

Angkat Stafsus

Presiden Milenial, Wapres Kolonial

Selasa, 26 November 2019 07:23 WIB
Presiden Jokowi (kiri) dan Wakil Presiden KH Maruf Amin. (Foto: Twitter@Jokowi)
Presiden Jokowi (kiri) dan Wakil Presiden KH Maruf Amin. (Foto: Twitter@Jokowi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin beda selera dengan Presiden Jokowi dalam menentukan staf khusus (stafsus). Jokowi lebih suka milenial, Ma’ruf masih percaya generasi “kolonial”.

Ada 8 nama stafsus Wapres yang kemarin diperkenalkan di Istana Wakil Presiden. Ditilik dari latar belakangnya, stafsus Wapres adalah kombinasi dari kalangan ormas Islam dengan profesional. Jumlahnya: fifty-fifty.

Dari cara perkenalan, stafsus Jokowi dengan Ma’ruf juga beda. Stafsus Jokowi diperkenalkan secara santai di teras Istana, sambil duduk di bean bag warna warni, perkenalan stafsus Ma’ruf lebih formal. Mereka dikumpulkan dalam sebuah ruangan. Mereka duduk melingkar, tapi di kursi masing-masing.

Dress code juga beda. Stafsus Jokowi, pakaiannya kemeja putih dan bawahan warna hitam, sedangkan stafsus Ma’ruf kompak batikan. Meskipun dengan corak yang berbeda-beda. Dari sisi keterwakilan gender, stafsus Jokowi ada kombinasi antara laki-laki dan perempuan. Sementara stafsus Wapres tidak ada. Semua pria.

Menyoal usia stafsus, Juru Bicara Wakil Presiden, Masduki Baidlowi mengatakan, Wapres punya alasan tersendiri, mengapa memilih staf dan teman diskusi dari kalangan tua atau jamak dicandai dengan sebutan kolonial. “Saya kira karena Bapak Presiden sudah merekrut kalangan milenial, walaupun tidak semua,” kata Masduki di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, kemarin.

Baca juga : Paloh, Koalisi Rasa Oposisi

Ia menambahkan, meskipun Wapres dan staf khususnya dari generasi kolonial, ia memastikan kompetensi dan keahlian yang dimiliki tidak kurang. Selain itu stafsus Wapres juga disebutkan mewakili berbagai komponen masyarakat. “Ya, apakah dari milenial atau kolonial saya kira samalah,” cetusnya.

Namun yang jelas, dari semuanya itu, 50 persen stafsus adalah petinggi NU. Atau dari pengurus Nahdlatul Ulama. Mereka ada 4 orang.

Pertama, mantan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir. Ia ditugaskan sebagai stafsus bidang reformasi birokrasi. Kedua, Robikin Emhas. Staf Khusus Wapres Bidang Politik dan Hubungan Antarlembaga ini diketahui menjabat sebagai Ketua Harian Tanfidziyah Pengurus Besar Nah dlatul Ulama (PBNU).

Ketiga, Muhammad Imam Aziz. Salah satu Ketua PBNU itu ditugaskan di bidang penanggulangan kemiskinan dan otonomi daerah. Keempat, Masduki Baidlowi. Stafsus bidang Komunikasi dan informasi ini tercatat menjabat sebagai Wasekjen PBNU.

Sisanya empat orang berlatar belakang profesional. Meskipun juga bersentuhan dengan ormas Islam. Seperti, pertama staf khusus bidang ekonomi dan keuangan yang dipegang Lukmanul Hakim. Dia berlatar belakang sebagai pakar sertifikasi halal. Menjabat sebagai ketua Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) pada 2011. Sekaligus sebagai Presiden World Halal Food Council (WHFC) hingga sekarang.

Baca juga : Gajinya Rp 51 Juta Per Bulan, Kita Lihat Aja Mereka Bisa Apa

Kedua, stafsus bidang umum yang dijabat Masykuri Abdillah. Berlatar belakang sebagai Guru Besar Fikih Siyasah (Politik Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, dia pernah menjabat sebagai salah satu ketua PBNU periode 2006-2010.

Hanya dua stafsus yang tampak tidak berangkat dari kalangan ormas Islam atau NU. Pertama, Sukriansyah S Latief, stafsus bidang infrastruktur dan investasi. Kedua, Satya Arinanto, stafsus bidang hukum.

Meskipun banyak stafsus yang berlatar belakang dari ormas Islam, Masduki mengatakan pemilihannya tidak serampangan. Wapres tetap mempertimbangkan latar belakang profesionalisme dari para pembantunya tersebut. “Kalau semata-mata dia mempunyai latar belakang organisasi Islam saja, saya kira tidak akan diterima oleh Wapres. Tapi harus dihitung yang lain,” terang Masduki.

Soal stafsus dari kalangan usia senior, pengamat politik Hendri Satrio menilai bagus. Agar wapres mendapatkan masukan-masukan yang lebih matang dari kalangan yang sudah berpengalaman. “Mungkin untuk mengimbangi stafsus yang milenial,” kata Hendri kepada Rakyat Merdeka tadi malam.

Meskipun sudah tua-tua, ia meyakini stafsus Wapres juga mampu menelurkan ide-ide segar. “Ide-ide yang berdasarkan pengalaman dan dari hasil kerja sebelumnya. Dan sangat mungkin juga out of the box tapi hasilnya sudah pernah terbukti. Ini menarik,” tambahnya.

Baca juga : CT Semoga Puas

Hanya saja, ia menyayangkan gemuknya komposisi stafsus presiden dan wakil presiden. Jika ditotal, sudah ada 22 stafsus. Ia berharap, stafsus gemuk ini tidak malah membuat kinerja pemerintahan Jokowi-Ma’ruf jadi lambat.

“Jangan sampai malah lebih lambat karena keberatan beban,” pungkasnya. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.