Dark/Light Mode

Pakai Baju Adat Dayak, Menlu Retno Bahas Diplomasi Ekonomi

Kamis, 9 Januari 2020 14:43 WIB
Dari kiri: Ketua Komisi I Meutya Hafid Menlu Retno, Mantan Menlu Hassan Wirajuda dan Wamenlu Mahendra Siregar dalam acara Pernyataan Pers Menlu di Jakarta. (Foto Kementerian Luar Negeri)
Dari kiri: Ketua Komisi I Meutya Hafid Menlu Retno, Mantan Menlu Hassan Wirajuda dan Wamenlu Mahendra Siregar dalam acara Pernyataan Pers Menlu di Jakarta. (Foto Kementerian Luar Negeri)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ada penampilan menarik dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat acara Pernyataan Pers Tahunan kemarin. Mantan Duta Besar untuk Belanda ini tampil dengan baju tradisional khas Dayak.

Menlu tampil percaya diri. Di hadapan tamu undangan dari berbagai negara yang mengenakan pakaian formal. Hadir pada acara tersebut, duta besar untuk Indonesia, duta besar Indonesia untuk negara sahabat, Ketua Komisi I DPR Meutya Viada Hafid‎ dan perwakilan dari berbagai negara.

Retno mengenakan pakaian adat Dayak. Namanya King Bibinge. Pakaian tersebut terdiri dari kain bawahan, stagen, penutup dada. Pada penutup dada sudah dilengkapi dengan pernak pernih dan perhiasan. Seperti halnya manik-manik, kalung, bulu burung enggang, dan gelang. Selain Retno, pegawai Kementerian Luar Negeri juga mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah.

Baca juga : Banjar Angkat Pamor Buah Lokal, Ratusan Varietas Durian Dikonteskan

Dalam sambutannya, Retno menjelaskan Indonesia memiliki beberapa prioritas politik luar negeri. Prioritas ini akan dijalankan selama lima tahun ke depan.

“Diplomasi Indonesia akan dijalankan berdasarkan prioritas 4+1. Penguatan diplomasi ekonomi, diplomasi perlindungan, diplomasi kedaulatan dan kebangsaan, peran Indonesia di kawasan dan global, sementara plus satu adalah penguatan infrastruktur diplomasi,” ujar Retno di Ruang Nusantara Gedung Utama Kementerian Luar Negeri, Jl Taman Pejambon, Jakarta Pusat, kemarin.

Retno mengatakan, diplomasi ekonomi yang menjadi prioritas pemerintah Indonesia lima tahun kedepan akan mendapat perhatian serius. Apalagi, kata Retno, Wakil Menteri Luar Negeri, Mahendra Siregar mendapat tugas khusus dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memperkuat diplomasi ekonomi.

Baca juga : Kadin dan Kemenlu Perpanjang Kerja Sama Diplomasi Ekonomi

“Penugasan-penugasan konkret akan diberikan kepada para perwakilan untuk memperkuat diplomasi ekonomi,” katanya.

Disaat meningkatkanya persaingan, kata Retno, maka ada potensi terciptanya instabilitas dan konflik. Untuk itu, perlindungan terhadap warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri harus ditingkatkan.

“Proteksionisme dan populisme masih diperkirakan akan berlanjut. Tren negatif ini harus ditransformasikan dikonversi jadi energi positif, pesimisme harus diubah jadi optimisme, rivalitas jadi kerja sama, trust deficit jadi strategic trust," katanya.

Baca juga : Irjen Nana Jadi Kapolda Metro Jaya, Pengamat: Isu Geng Solo Tak Usah Diladeni

Retno menambahkan, untuk saat ini Indonesia akan mengajukan kolaborasi yang saling menguntungkan dunia. Meskipun rivalitas semakin meningkat, Indonesia konsisten membangun aliansi global untuk memperkuat paradigma kerja sama dan kolaborasi.

“Di tengah meningkatnya proteksionisme, Indonesia akan terus bangun koalisi untuk terus mendorong paradigma saling menguntungkan, berkeadilan, dan bukan zero sum game," pungkasnya.

Usai sambutan, Retno menyalami para undangan di kursi tamu dan langsung ke luar ruang acara. Selain pernyataan dari Menlu, di acara ini juga berlangsunh pemberian penghargaan ‘Adam Malik Award’ yang diberikan ke beberapa kategori. [NNM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.