Dark/Light Mode

Saran Golkar

Pengusaha Pakan, Utamakan Jagung Petani Lokal Ya...

Rabu, 23 Januari 2019 12:10 WIB
Anggota Komisi IV DPR, Endang Srikarti Handayani. (Foto : IG @endangsrikarti).
Anggota Komisi IV DPR, Endang Srikarti Handayani. (Foto : IG @endangsrikarti).

RM.id  Rakyat Merdeka - Anggota Komisi IV DPR Endang Srikarti Handayani mendorong para pengusaha pakan ternak memaksimalkan jagung petani lokal ketimbang jagung impor. Langkah itu dianggap Endang sangat penting untuk saling memakmurkan antara pengusaha dan petani. 

“Saran saya, para pelaku usaha, kenapa tidak menyerap jagung petani kita,” kata politisi Partai Golkar ini, di Jakarta, kemarin. 

Endang mengakui, harga jagung impor lebih murah dibanding jagung lokal. Namun, para pengusaha jangan cuma melihat sisi harga. Kesejahteraan bersama harus lebih dioptimalkan. Jangan sampai karena ada izin impor jagung yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan (Kemendag), pengusaha enggan membeli jagung petani lokal. 

Baca juga : Pengusaha Suriah Jajaki Bangun Pabrik di Indonesia

Secara pribadi, Endang juga tidak setuju dengan izin impor jagung yang dikeluarkan Kemendag. Sebab, impor itu telah memukul harga jagung petani lokal. “Impor (jagung) itu kan sebenarnya merusak harga mereka (petani) juga. Mereka merasakan MoU (nota kesepahaman) yang sudah disepakati bersama para peternak, (karena ada impor) putus di tengah jalan,” katanya. 

Di tempat terpisah, Direktur Serealia, Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian ( Kementan ) Bambang Sugiharto menjelaskan, impor jagung sebanyak 730.918 ton jagung yang dilakukan di 2018 sebenarnya untuk bahan baku industri makanan dan minuman. Bukan untuk pakan ternak. Sedangkan untuk pakan ternak, tetap menggunakan jagung lokal. 

Bambang juga memastikan, produksi jagung Indonesia melimpah. Buktinya, di 2018, Indonesia juga mampu melakukan ekspor jagung sebesar 341 ribu ton. 

Baca juga : Menteri Enggar Kok Hobi Rendahkan Petani Lokal

“Penting untuk menjadi catatan kita semua, bahwa empat tahun lalu, Indonesia mengimpor jagung 3,5 juta ton dengan nilai Rp 10 triliun. Kemudian, 2016 impor menurun drastis. Di 2017, tidak ada impor jagung pakan ternak. Di 2018, kita ekspor 341 ribu ton. Artinya, di tahun 2018 produksi jagung surplus. Jadi, kita harus holistik melihat kondisi jagung,” jelas Bambang. 

Dia kemudian berbicara mengenai mekanisme impor jagung. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 21/2018, impor jagung untuk pakan ternak harus diputuskan melalui Rapat Koordinasi Bidang Perekonomian. Kemudian, impornya melalui penugasan ke BUMN. Pada 2018, diputuskan impor jagung pakan ternak 100 ribu ton. Dari jumlah itu, terealisasi pada akhir 2018 sebesar 73 ribu ton. Sisanya di-realisasikan pada awal 2019. 

“Artinya, impor jagung pakan ternak di tahun 2018 hanya 73 ribu ton. Realisasi impornya dilakukan Bulog. Selebihnya, jagung untuk kebutuhan industri. Mekanisme impor jagung pakan ternak memang berbeda dengan impor jagung pangan dan industri,” terang Bambang. 

Baca juga : Makna Perusakan Baliho Partai Demokrat

Impor jagung pakan ternak ini, tambah Bambang, dilakukan Pemerintah untuk jaga-jaga bagi peternak. Saat saat peternak itu membutuhkan, tinggal membeli ke Bulog.“Namanya sebagai cadangan, ya dijadikan stok saja bila tidak dipakai,” pintanya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.