Dark/Light Mode

Biang Kerok Defisit Neraca Perdagangan dan Transaksi Berjalan

Jokowi Sentil Impor Baja Yang Makin Parah

Rabu, 12 Februari 2020 13:44 WIB
Biang Kerok Defisit Neraca Perdagangan dan Transaksi Berjalan Jokowi Sentil Impor Baja Yang Makin Parah

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi mengkritik impor baja yang makin ke sini makin tinggi. Bahkan, tembus tiga besar dunia. 

Tingginya impor baja ini ditengarai menjadi salah satu sumber utama defisit neraca perdagangan, dan defisit transaksi berjalan Indonesia.

"Ini tentu saja menjadi salah satu sumber utama defisit neraca perdagangan kita, defisit transaksi berjalan kita. Apalagi, baja yang kita impor itu sudah bisa diproduksi di dalam negeri,” keluh Presiden Jokowi saat memimpin Rapat Terbatas (Ratas) dengan topik Ketersediaan Bahan Baku Bagi Industri Baja dan Besi di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Rabu (12/2).

Industri baja besi merupakan salah satu industri strategi nasional yang diperlukan untuk membangun infrastruktur.

Baca juga : Jokowi Dengarkan Cerita Saat Berjuang Harumkan Nama Bangsa

”Oleh sebab itu, utilitas pabrik baja dalam negeri sangat rendah dan industri baja dalam negeri menjadi terganggu. Ini tidak dapat kita biarkan terus,” beber Jokowi.

Jokowi pun menegaskan perlunya mendorong industri baja dan besi makin kompetitif, dan kapasitas produksi makin optimal. Perlu perbaikan manajemen korporasi, pembaruan teknologi permesinan. Terutama, di BUMN industri baja terus dilakukan.

“Tapi saya kira juga itu tidak cukup. Laporan yang saya terima .pengembangan industri baja dan besi terkendala bahan baku yang masih kurang,” tuturnya.

Dia pun menyampaikan tiga hal utama yang harus dilakukan, untuk meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri baja dan besi,.yang nanti akan digunakan mendukung pembangunan infrastruktur.

Baca juga : Menpora : Jangan Lupakan Pahlawan Gorontalo Yang Memperjuangkan Kemerdekaan

Pertama, memperbaiki ekosistem penyediaan bahan baku industri baja dan besi mulai dari ketersediaan dan kestabilan harga bahan baku sampai pada komponen harga gas.

"Bahan baku dari hasil tambang nasional juga perlu diprioritaskan, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. Bukan hanya untuk mengurangi impor, tapi juga bisa membuka lapangan kerja," ungkapnya.

Kedua, segera merealisasikan harga gas untuk industri yaitu sebesar 6 dolar AS per MMBTU.

Ketiga, perhitungan dampak dari impor baja terhadap kualitas maupun persaingan harga dengan baja hasil dari dalam negeri.

Baca juga : KPK Tak Ikut Campur, Urusan Presiden Jokowi Tentukan Dewan Pengawas

"Saya minta kalkulasi betul, dampak dari impor baja terhadap kualitas maupun persaingan harga dengan baja hasil dari dalam negeri,” tegas Jokowi.

Ia juga menambahkan, untuk memanfaatkan kebijakan non-tarif, misalnya penerapan SNI dengan sungguh-sungguh. Sehingga, industri baja dalam negeri dan konsumen dapat dilindungi.

“Jangan justru pemberian SNI yang dilakukan secara serampangan hingga tidak dapat membendung impor baja yang berkualitas rendah,” wanti-wanti Presiden.

Ratas kali ini juga diikuti Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menko PMK Muhadjir Effendy, Menko Polhukam Mahfud MD, Seskab Pramono Anung, Mensesneg Pratikno, KSP Moeldoko, Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita, dan menteri serta pejabat terkait lainnya. OKT

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.