Dark/Light Mode

Ekonomi Diramal Pulih Cepet Seperti China

Jokowi Gak Mau Geer

Rabu, 29 Juli 2020 07:03 WIB
Presiden Jokowi. (Foto: Instagram)
Presiden Jokowi. (Foto: Instagram)

 Sebelumnya 
Para menteri juga harus memastikan prioritas 2021 dan pelebaran defisit APBN 2021 difokuskan untuk percepatan pemulihan ekonomi dan penguatan transformasi di berbagai sektor. Sektor-sektor itu terutama reformasi di bidang kesehatan, reformasi pangan, energi, pendidikan dan juga percepatan transformasi digital.

Jokowi juga mengatakan, belanja pemerintah menjadi instrumen yang dapat dijadikan daya ungkit untuk memu lihkan ekonomi di saat krisis. Ia menyebut, sektor swasta dan UMKM dapat dipulihkan kembali dengan stimulus. “Mesin penggerak ekonomi ini harus diungkit dari APBN kita yang terarah dan tepat sasaran,” katanya.

Baca juga : Obat Ekonomi Minus, Dito Dorong Pemerintah Jor-joran Belanja

Pada tahun depan, pemerintah memutuskan untuk memperlebar defisit dalam RAPBN menjadi 5,2 persen dari PDB. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengakui, angka ini membengkak lebih tinggi dari desain awal yang disepakati dengan DPR yaitu 3,214,17 persen terhadap PDB.

Sri Mul menilai, dengan defisit yang melebar, pemerintah memiliki cadangan belanja sebesar Rp 179 triliun yang akan diproritaskan pada lima program pemulihan ekonomi nasional.

Baca juga : Menteri Kerja Seperti Cuti, Ayo Tebak Siapa?

Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad mengingatkan pemerintah agar tidak terlalu percaya diri soal pemulihan ekonomi. Soalnya, ancaman resesi semakin nyata. Sulit untuk dihindari. Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II minus 4 persen.

Sementara kuartal III diperkira kan tumbuh minus 1,41,7 persen. Menurut Tauhid, Indonesia sebenarnya punya peluang untuk bangkit di kuartal ketiga. Sayangnya, realisasi penyerapan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang anggarannya mencapai Rp 695,2 triliun belum maksimal.

Baca juga : Jenggala Center: Wajar Jokowi Marah Ke Menterinya

Serapan anggaran di awal kuartal III masih di bawah 30 persen. Melihat kondisi ini, ancaman resesi menjadi makin nyata. Menurutnya, penyerapan PEN untuk mendongkrak ekonomi ini seharusnya dikejar pada kuartal II. Saat ini, pemerintah sudah kehilangan momentum dalam mengejar penyerapan PEN yang mengakibatkan ancaman resesi semakin nyata.

Tauhid mengingatkan pemerintah agar komprehensif dalam memulihkan perekonomian. Pemerintah jangan hanya fokus memperbaiki sisi pasokan. Tapi juga sisi permintaan atau demand. Kalau yang diperbaiki hanya sisi pasokan percuma saja. Saat ini ma salah utama adalah menurunnya daya beli. Karena itu perbaiki dulu daya beli masyarakat. [NOV/BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.