Dark/Light Mode

Ungkap Kelebihan Bayar Insentif

Ketua BPK: Naudzubillah, Kalau Kami Sampai Menzalimi Nakes

Senin, 1 November 2021 17:04 WIB
Ketua BPK Agung Firman Sampurna dalam keterangan virtual soal kelebihan pembayaran insentif nakes, Senin (1/11). (Foto: YouTube)
Ketua BPK Agung Firman Sampurna dalam keterangan virtual soal kelebihan pembayaran insentif nakes, Senin (1/11). (Foto: YouTube)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Agung Firman Sampurna mengungkap fakta kelebihan bayar atas insentif tenaga kesehatan (nakes), dari mulai Rp 178 ribu sampai Rp 50 juta.

Agung menjelaskan, kelebihan pembayaran ini bermula dari pergantian sistem dalam pembayaran insentif nakes.

Awalnya, pembayaran atau honor untuk nakes diserahkan kepada Pemda. Ketika diserahkan pada Pemda terjadi berbagai masalah. Ada pemotongan dan sebagainya. Kemudian digeser ke rumah sakit, terjadi hal yang sama.

Baca juga : Luhut: Cakupan Vaksinasi Dosis 2 Kita Masih Kalah Dari Singapura Dan Malaysia

Karena itu, Kementerian Kesehatan mengambil inisiatif untuk membuat aplikasi, yang kemudian langsung diberikan kepada tenaga kesehatannya.

"Ini bagus sekali. Karena pinjaman itu ada angkanya. 500 juta dolar AS. Itu ada indikator-indikatornya. Contohnya, Pedoman Implementasi Insentif Nakes," jelas Agung dalam konferensi pers BPK tentang pemeriksaan kelebihan pembayaran insentif tenaga kesehatan, Senin (1/11).

Namun, dalam mitigasi ke sistem yang baru, ada prosedur yang belum dijalankan. Sehingga, terjadilah kelebihan pembayaran tersebut.

Baca juga : Puan: Gas Sudah Diinjak, Jangan Sampai Telat Narik Rem

"Ternyata ada satu prosedur yang tidak diikuti, yaitu cleansing data. Akibatnya, terjadi duplikasi data penerima insentif," cetus Agung.

"Secara khusus, sampai 8 September 2021 masih terdapat sisa kelebihan pembayaran insentif terhadap 8.961 nakes. Kelebihan pembayaran untuk nakes ini bervariasi, antara Rp 178 ribu sampai Rp 50 juta," jelasnya.

Agung menuturkan, BPK bukanlah lembaga yang bertugas mencari kesalahan. Tapi memang, ada satu prosedur yang harus dilihat. 

Baca juga : Siswa Kembali Diizinkan Belajar Di Sekolah, Guru: Kami Sudah Lama Menantikannya

"Naudzubillahi min dzalik kalau kami sampai menzalimi nakes. Tapi kan memang mesti dilihat, apakah memang ada nakesnya. Yang pasti, masalahnya sudah teridentifikasi, meski prosesnya masih belum selesai," tuturnya.

Angka temuan di awal terus berkurang, karena tim Kementerian Kesehatan bergerak cepat merespon masalah ini. 

"Data cleansing-nya terus dilakukan. Saya tidak bisa menyebut angka, karena prosesnya sedang berjalan. Alhamdulillah sudah cukup bagus. Kami mengapresiasi kinerja Kemenkes dalam penanganan Covid, yang terus membaik. Tapi, pengelolaan keuangan negaranya tetap harus dimonitor," pungkasnya. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.