Dark/Light Mode

Tertunda Gara-gara Pandemi

Kedubes Rusia Bersiap Sambut Putin Di Indonesia

Selasa, 21 Desember 2021 06:30 WIB
Presiden Joko Widodo berbincang dengan Presiden Vladimir Putin saat berkunjung ke Sochi akhir 2016 lalu. (Foto: Dok Setkab RI).
Presiden Joko Widodo berbincang dengan Presiden Vladimir Putin saat berkunjung ke Sochi akhir 2016 lalu. (Foto: Dok Setkab RI).

 Sebelumnya 
Rusia Ogah Niru Gaya AS

Terkait isu lain, sudah rahasia umum, kalau Amerika Serikat (AS) hobi menjatuhkan sanksi kepada negara yang dianggap melanggaraturan internasional. Salah satu negara yang acap kali jadi sasaran adalah Rusia.

Berbagai sanksi ekonomi, perdagangan hingga sanksi diplomatik dijatuhkan Washington ke Moskow dengan berbagai alasan.

Baca juga : Tim Kedubes Rusia Nggak Sabar Sambut Putin Ke Indonesia

Menanggapi keputusan AS yang hobi bagi-bagi sanksi ini, Dubes Vorobieva tidak mau ambil pusing. Bagi Rusia, menu­rutnya, ancaman sanksi bukan solusi yang tepat dalam menu­runkan ketegangan.

“Kami sudah sering mencoba mengatasi masalah dengan berdialog. Memberi sanksi bukan gaya kami. Kami tidak akan menyelesaikan masalah dengan mengirim pasukan atau memberi sanksi,” tegasnya.

Negeri Beruang Putih, lanjut Vorobieva, juga ogah mencam­puri urusan dalam negeri negara lain tanpa permintaan negara bersangkutan. “Kami selalu menghormati kedaulatan negara lain. Kami tidak akan ikut cam­pur seenaknya,” cetusnya.

Baca juga : Dubes Australia Penny Williams Tak Sabar Sambut Pelajar Indonesia

Dubes Vorobieva menuturkan, pertemuan virtual antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden AS Joe Biden pada Juni lalu dilaku­kan untuk membahas masalah terkini kedua negara. Moskow te­lah menyerahkan draf perjanjian keamanan kepada Washington.

Perjanjian ini dapat menjamin keamanan antara Rusia dengan AS. Dokumen tersebut, lanjut­nya, telah dipublikasikan Jumat (17/12) lalu.

“Kami lebih memilih duduk di satu meja dan berdiskusi untuk mencari penyelesaian masalah ini. Sayangnya, AS lebih memilih menggunakan ancaman, pasukan, dan blackmail. Jadi, sanksi men­jadi penjara hubungan bilateral kami,” pungkasnya. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.