Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Ketua MUI Baros Beri Pesan Sejuk Di Sosialisasi PNM Mekaar
- Dipolisikan Nurul Ghufron, Ketua Dewas: Kami Sama Sekali Nggak Takut!
- KPK Lelang 2 Mobil Jeep Cherokee Milik Eks Walkot Bekasi Rahmat Effendi
- Gempa Terkini Magnitudo 5,3 Guncang Papua, Getaran Terasa Hingga Mamberamo Raya
- TPPU SYL, KPK Sita Mobil Mercy Sprinter Dan New Jimny
Sah Jadi Presiden Terpilih
Marcos Jr Sesumbar Ogah Tunduk Ke Asing
Sabtu, 28 Mei 2022 08:05 WIB
Sebelumnya
Penerus Dinasti Marcos itu sebelumnya diperkirakan akan condong ke China. Pekan lalu, Marcos berjanji untuk meningkatkan dan memperluas hubungan mereka ke tingkat yang baru selama percakapan telepon dengan Presiden China Xi Jinping.
Namun, sikap pro China dapat memperumit hubungan dekat dengan sekutu bersejarah, Amerika Serikat. Washington dinilai merupakan sumber utama pertahanan dan dukungan diplomatik. Namun demikian, Bongbong mengatakan, pemerintahannya akan memiliki kebijakan luar negeri yang independen. Dan mengakui kemitraan internasional adalah kunci untuk kawasan yang stabil.
Baca juga : Dubes Padraig Francis Berharap Makin Banyak Warga Irlandia Ke Bali
“Tidak hanya secara ekonomi tetapi secara geopolitik. Ketika kita keluar dari pandemi dan krisis, kita harus membentuk aliansi dan kemitraan,” katanya.
“Tidak ada negara yang bisa mengubah situasi geopolitiknya sendiri. Kemitraan akan menjaga stabilitas,” tuturnya.
Baca juga : Unggul Telak, Marcos Jr Ogah Klaim Kemenangan
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mengatakan, posisi Beijing terhadap keputusan internasional tidak berubah.
“China bersedia melanjutkan komunikasi dan dialog dengan Filipina untuk menangani perbedaan secara tepat, dan bersama-sama menegakkan perdamaian dan stabilitas kawasan Laut China Selatan,” respons Wang.
Baca juga : Putin Minta Negara Barat Stop Kirim Senjata Ke Ukraina
Untuk diketahui, China mengklaim hampir semua kawasan LCS bagian wilayah China. Klaim itu tumpang tindih dengan klaim-klaim Filipina, Brunei, Malaysia, Taiwan dan Vietnam. Beijing mengabaikan putusan Pengadilan Arbitrase Internasional yang berbasis di Den Haag, Belanda, yang menyatakan bahwa klaim historis China, tidak berdasar.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang akan segera mengakhiri masa jabatannya selama ini memupuk hubungan yang lebih hangat dengan China, dengan mengesampingkan putusan pengadilan tersebut. Hal itu disinyalir tidak gratis. Namun dengan imbalan perdagangan dan investasi, yang menurut para kritikus, hingga kini belum terwujud. ■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya